Terjawab, Ini Asal Usul Pemetik Teh di Puncak Bogor, Sehari Bisa Memanen 50 Kilogram Daun Teh

Kawasan Puncak Bogor memang sudah lazimnya dikenal sebagai tempat memiliki hamparan kebun teh yang sangat luas.

Penulis: Wahyu Topami | Editor: Yudistira Wanne
TribunnewsBogor.com/Wahyu Topami
Sejumlah pemetik teh di Puncak Bogor berbondong-bondong untuk menjalankan aktifitasnya. 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Wahyu Topami

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CISARUA - Kawasan Puncak Bogor memang sudah lazimnya dikenal sebagai tempat memiliki hamparan kebun teh yang sangat luas.

Tapi banyak orang yang belum mengetahui dari mana para pemetik teh itu berasal.

Pemetik teh di Puncak Bogor kebanyak berasal dari Kampung Cibulao, Cikoneng dan Rawa Gede.

Kampung-kampung tersebut sudah menjadi tradisi ketika perempuannya menjadi pemetik teh.

Warga sekitar, Herdi, mengatakan kalau menjadi petani teh sudah tradisi di kampung tersebut.

"Itu sudah menjadi budaya kampung sini, jadi sudah tidak asing apabila pendidik sini menjadi pemetik teh," ujarnya pada TribunnewsBogor.com. Senin (10/4/2023.

Herdi sendiri merupakan penduduk asli dari Kampung Cibulao, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Ia bekerja sebagai penyemprot atau pembasmi hama yang kerap kali menghampiri tanaman teh.

Ia berkutat dengan perkebunan teh sudah 10 tahun, dengan begitu dirinya tahu betul tentang teh dan segalanya yang menjadi komoditas pokok bagi kampung-kampung tersebut.

Menurutnya dalam sehari teh yang dipanen oleh setiap orang bisa mencapai 50 kilogram.

"Teh itu panen setiap hari, setiap hari berotasi gitu. Maksimal satu orang itu panen bisa mencapai 40 sampai dengan 50 kilogram," ungkapnya.

Dalam mengambil hasil panen warga setempat biasanya memanen dari mulai pukul 05:00 WIB sampai dengan pukul 10:00 WIB

"Rata-rata dari pagi sampai jam 10 si, tapi gak semuanya begitu. Ada yang jam 09:00 WIB selesai juga ada," imbuhnya.

Baginya dan semua orang yang menggeluti dunia perkebunan teh, hal terbaik ialah ketika mendapatkan hasil panen yang melimpah.

"Sebaga orang perkebunan sudah tentu yang paling disukai itu ketika hasil produksi meningkat. Hasil produksi meningkat itu ga menentu ya, tergantung musim," paparnya.

Selain kesenangan hal yang acapkali disesalkan juga ialah ketika hasil panennya menurun, tak jarang warga lain juga ikut meratapi apabila keadaan tersebut menghampiri para pemetik teh.

"Kalau cuaca ekstrim, kabut, hujan jadinya pucuk teh pada kering itu jelek hasil panennya," pungkasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved