Kisah Bocah 9 Tahun Dianiaya Paman dan Bibi Hingga Tewas, Sempat Tinggal Dipanti Usai Orangtua Cerai

Bocah yang masih duduk dibangku kelas II (Dua) Sekolah Dasar itu hidup bersama ke-tiga saudranya usai kedua orangtuanya berpiasah atau cerai.

Penulis: Damanhuri | Editor: widi bogor
Kolase Tribun Bogor/Tribun Gorontalo
Kisah Bocah 9 Tahun Dianiaya Paman dan Bibi Hingga Tewas, Sempat Tinggal Dipanti Usai Orangtua Cerai 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Nasib malang dialami seorang bocah berusia 9 tahun yang dianiaya hingga meregang nyawa.

Bocah tersebut dianiaya oleh paman DR dan bibinya, MIST hingga tewas pada Sabtu 13 Mei 2023.

Bocah yang masih duduk dibangku kelas II (Dua) Sekolah Dasar itu hidup bersama ke-tiga saudranya usai kedua orangtuanya berpiasah atau cerai.

Bocah asal Gorontalo itu sempat tinggal di panti asuhan bersama ketiga saudaranya.

"Orang (anak) ini sebelumnya dititipkan di panti asuhan oleh orang tuanya," ungkap Zenab, pihak keluarga saat ditemui TribunGorontalo.com di lokasi kejadian, Minggu (13/5/2023).

Menururtunya, ke-empat anak ini dititipkan ke panti asuhan karena orang tuanya telah lama pisah.

Di samping itu, ibu kandung mereka mengalami gangguan kejiwaan.

"Orang tuanya so pisah lama. Dan ibu korban kasian punya gangguan kejiwaan," sambungnya.

Namun, tante korban lantas menawarkan tempat tinggal bagi keempat bersaudara itu.

Akan tetapi, keputusan mereka pindah ke rumah tantenya malah berbuah petaka.

Sebab, menurut pengakuan kakak korban, mereka sering disakiti tantenya tersebut sejak memutuskan tinggal serumah.

Ia bersama adik-adiknya bahkan menyimpan luka lebam di tubuh mereka.

Dituduh Mencuri Uang

Ketua Pusat Pemberdayaan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Gorontalo, Fory Armin Naway mengaku tak kuat saat mendengar perlakukan paman dan bibi korban kepada bocah kelas 2 SD tersebut.

Bahkan, ia sampai menangis menceritakan penganiayaan yang dialami seorang bocah berusia 9 tahun.

Bocah itu dianiaya sampai tewas oleh bibi dan pamannya lantaran dituduh mencuri uang.

Penganiayaan yang dilakukan keduanya sungguh sadis, bahkan sampai membuat Fory menangis ketika menceritakannya.

"Itu memang ketika berpukul sampai memar lalu diambil lah jeruk diperas lalu ditaruh di belakang disuruh oles oleh kakaknya yang usia 11 tahun,"

"Itu perih, bagaimana coba rasanya kan kalau luka, setelah itu diambil lilin,"

"Tapi sebelum ditaruh lilin dibakar dulu badan pakai korek, lalu lilin meleleh ditaruh di belakang, peristiwa ini sangat menyedihkan," kata Fory sambil menahan tangisnya dikutip dari YouTube Kompas Tv, Jumat (19/5/2023).

Bocah sembilan tahun ditemukan tewas di Desa Tenggela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo.
Bocah sembilan tahun ditemukan tewas di Desa Tenggela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. (TribunGorontalo.com)

Fury terisak menceritakan betapa kejamnya yang dilakukan bibi dan paman korban.

Ia menangis lantaran bocah itu menerima perlakuan yang tak manuasiawi.

"Agak susah menerima ya, saya tidak baca BAP nya. Sedihnya kok kenapa sampai gak manusiawi lagi,"

"Lalu persoalannya itu penyiksaan, jadi batin dan jasmaninya ini. Saya bayangkan bagaimana kalau anak dia yang kayak gitu," kata Fury.

Di sisi lain, Kapolres Gorontalo, Dadang mengungkap cara sadis yang dilakukan pelaku kepada korban.

Dikatakan Dadang, luka di bagian tubuh korban ditetesi cairan jeruk.

"Korban ada luka di bagian tubuhnya, kemudian ditetesi dengan cairan jeruk ini," ungkap Kapolres Gorontalo, Rabu (17/5/2023).

Jeruk yang dijadikan sebagai alat menganiaya bocah tersebut, disita polisi menjadi barang bukti (bb).

Polisi mendapatkan jeruk tersebut berdasarkan keterangan saksi dan penjelasan dari tersangka itu sendiri.

Adapun beberapa barang bukti yang ditemukan pihak kepolisian ialah selang, lilin, korek api, jeruk, dan sapu lidi.

Menurut Dadang, selang digunakan untuk menganiaya korban dengan cara dilipat menjadi dua dan dipukul sebanyak 30 kali.

"Selang ini dilipat dua, dan dipukuli di bagian tubuh korban," kata Dadang.

Begitu pula dengan lilin yang digunakan pelaku untuk menganiaya korban.

"Lilin yang digunakan pada saat dibakar, kemudian diteteskan di tubuh korban," lanjutnya dengan keterangan barang bukti.

Menurut keterangan saksi, korek api yang digunakan untuk menyalakan lilin sempat ditempelkan ke bagian tubuh korban.

"Pada saat dibakar ini korek api sempat ditempelkan di tubuh korban, jadi pada saat masih panas ditempelkan," terang Dadang.

Pasutri yang ditetapkan sebagai tersangka penganiayaan bocah Gorontalo hingga tewas.
Pasutri yang ditetapkan sebagai tersangka penganiayaan bocah Gorontalo hingga tewas. (TribunGorontalo.com)

Dalam kasus ini, Dadang menjelaskan bahwa yang melakukan penganiayaan bukan hanya tante korban.

Om korban juga turut terlibat dalam peristiwa yang mengenaskan ini.

"Masing-masing (keduanya) memiliki peran yang sama," tandasnya.

 Rutin Kirim Uang

Usman Mustafa (43) Ayah korban berharap aparat penegak hukum memberikan hukuman setimpal kepada pelaku.

"Saya mau itu petugas (kepolisian) untuk menghukum pelaku dengan hukuman yang berlipat," kata Usman Mustafa (43) ayak korban saat ditemui di RS Bhayangkara Gorontalo, Selasa (16/5/2023).

Karena itu, Usman pun geram. Niat menitipkan anak-anaknya ke tante, malah disika hingga tewas

Menurut Usman, perilaku tante korban yang mengasuh anaknya itu sudah di luar nalar.

Usman tak menyangka, tante yang ia percaya, tega menganiaya anaknya dengan siksaan seperti itu.

"Sadis ini si pelaku, anak saya sampai biru tubuhnya, dia membunuh terencana," kata Usman.

Usman mengatakan, mengaku sering mengirimkan uang untuk anak-anaknya.

Setiap dua minggu, ia mengirimi uang sebesar Rp 200-300 ribu ke tersangka. 

"Ini rutin saya kirim uang ke anak-anak," imbuhnya.

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved