Pilu Faisal Sekolah Jalan Kaki 20 Km ke Sekolah, Curhat Pada Guru, Lewat Kuburan Tidak Naik Ojek
Pilu Faisal Sekolah Jalan Kaki 20 Km dari Rumah ke Sekolah, Curhat Haru Pada Guru, Lebih Pilih Lewat Kuburan Daripada Naik Ojek
Penulis: Sanjaya Ardhi | Editor: widi bogor
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Curhat pilu Muhammad Faisal diutarakan pada guru di SMP Negeri 1 Bosso.
Cerita itu diluapkan Faisal ketika dirinya terlambat datang ke sekolah.
Muhammad Faisal menuai simpati karena pergi ke sekolah dengan berjalan kaki.
Faisal tinggal di Dusun Rambakulu, Desa Bosso Timur, Kecamatan Walenrang Utara, Kabupaten Luwu.
Baca juga: Lebih Pilu dari Viky, Faisal Siswa SMP Jalan Kaki 20 Km ke Sekolah, Kondisi Rumahnya Bikin Kasihan
Sementara sekolahnya berlokasi di Buntu Awo, Kecamatan Walenrang Utara, Kabupaten Luwu.
Ia harus menempuh jarak 20 kilometer dengan berjalan kaki.
"Ini kasihan anak sekolah, melalui jalan pintas melewati kuburan, untuk sampai ke sekolah dengan berjalan kaki. Semoga kelak kamu dapat rejeki nak, dan menjadi orang yang berhasil," kata akun Facebook Sulmiati Sulmiati M.
Menurutnya, Faisal jalan kaki melewati jalan pintas dengan lewat kuburan.
Wali kelas Faisal di SMP Negeri 1 Bosso, Risa menerangkan jarakan dari rumah ke sekolah sejauh 20 km.
Kata Risa, sebenarnya untuk sampai ke sekolah di wilayah ada transportasi ojek.
Baca juga: Tak Ada Ongkos, Siswa SMP di Luwu Jalan Kaki 20 Km Tiap Hari ke Sekolah, Potong Jalan Lewat Kuburan
Namun karena keterbatasan ekonomi, Faisal terpaksa harus berjalan kaki.
"Kita tahu sendiri Faisal kurang mampu jadi tidak mungkin ada biaya naik ojek ke sekolah, jadi alternatifnya jalan kaki," kata Risa.
Dari rumah Faisal pun, satu-satunya sekolah yang terdekat adalah SMPN 1 Bosso.
Karena berjalan kaki, tak jarang Faisal terlambat masuk ke kelas.
Kata Risa, Faisal pernah bercerita alasannya terlambat karena harus jalan kaki.
Selain jarak yang cukup jauh, waktu tempuhnya pun semakin lama.
"Kalau di sekolah saya tanya kenapa terlambat datang ? Akhirnya Faisal komunikasi sama saya bahwasanya tidak ada uang untuk dipakai naik ojek, sehingga terlambat, sehingga dia mengambil jalan pintas ke sekolah," kata Risa.
Faisal juga bercerita pada gurunya, sepulang sekolah ia harus membantu sang nenek.
Nenek Faisal merupakan tukang membuat atap rumbia.
"Setelah pulang sekolah, dia bantu orang tua di rumah menjahit atap," kata Risa.
Di sekolah, Faisal dikenal sebagai pribadi yang pendiam.
"Faisal anaknya pendiam, sabar juga, dia juga bersosialisasi dengan temannya," kata Risa.
Sebagai warga yang tak mampu, Faisal sudah mendapat bantuan dari pemerintah.
Ia juga menerima bantuan dari sekolahnya.
"Dari pemerintah desa setempat, dari sekolah juga ada bantuan PIP," katanya.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.