Ratusan Makam Dibongkar

Sosok Mariam, Guru Ngaji yang Jasadnya Masih Utuh Setelah Puluhan Tahun Wafat, Dikenal Rajin Ibadah

Sosok jasad yang masih utuh meski sudah dikubur puluhan tahun ternyata punya profesi mulia.

Penulis: Vivi Febrianti | Editor: widi bogor
Kolase Wartawan TribunnewsBogor.com Muamarrudin Irfani/Ist
Sosok guru ngaji yang jasadnya masih utuh meski sudah dikubur puluhan tahun ternyata punya profesi mulia. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Sosok jasad yang masih utuh meski sudah dikubur puluhan tahun ternyata punya profesi mulia.

Bahkan keseharian almarhum semasa hidup dianggap menjadi alasan jasadnya masih utuh.

Ia adalah Mariam, seorang guru ngaji di kampungnya.

Jasad guru ngaji ini merupakan bibi dari Ketua RT 7, Desa Kalong I, Satria.

Proses pembongkaran makam ini terjadi di Desa Kalong I dan Kalong II, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor.

Ada 112 makam yang dibongkar dan dipindahkan.

Pembongkaran dan pemindahan itu dilakukan karena 112 makam tersebut berada di lahan milik Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Dari 43 makam yang sudah dipindahkan, ada tujuh makam yang jasadnya diketahui masih utuh.

Bahkan dua dari tujuh jasad itu mengeluarkan aroma wangi bunga saat dibongkar.

Jasad yang masih utuh itu diketahui sudah berusia 20 sampai 30 tahun.

Keajaiban ini tentunya langsung membuat warga sekitar penasaran.

Banyak yang bertanya-tanya siapa sosok jasad tersebut, dan seperti apa amalan yang ia lakukan semasa hidup.

Rupanya sosok lima dari tujuh jasad yang masih utuh itu merupakan rangkaian keluarga besar.

Bahkan kelima jasad itu terdiri dari tiga generasi dari satu keturunan yang sama.

Mereka adalah:

  1. Sanijan (ayah)
  2. Suarma (anak)
  3. Mariam (anak)
  4. Sama (anak)
  5. Nurjanah (cucu)

Kebetulan, lima jasad yang masih utuh ini masih merupakan keluarga dari Ketua RT 07, Desa Kalong I, Satria.

Ia pun secara terang-terangan mengungkap sosok jasad tersebut satu persatu.

Bahkan Satria juga membeberkan amalan almarhum semasa hidupnya.

Satria merupakan anak dari Suarma dan cucu dari Sanijan.

Menurut Satria, semasa hidupnya sang ayah bekerja sebagai pandai besi.

Ia pun menyebut kalau ayahnya itu sama seperti kebanyakan orang.

Sang ayah dikenal taat beribadah dan rajin bersosialisasi dengan tetangga.

"Keseharian bapak menurut saya sebagai anaknya ya baik, tapi gak tahu kalau pandangan orang," kata Satria kepada TribunnewsBogor.com, Rabu (6/9/2023).

Selain itu menurut dia, sang ayah juga sering bergaul dengan tetangga dan warga lainnya.

"Kalau untuk ibadah itu kewajiban, jadi bapak sering ibadah dan bersosial dengan baik," ungkapnya.

Selain Suarma, ia juga mengatakan kalau kakaknya, Nurjanah, juga merupakan orang yang baik semasa hidupnya.

Nurjanah juga merupakan anak dari almarhum Suarma.

Selain masih utuh, kata Satria, jasad ayah dan kakaknya itu juga tercium wangi bunga melati.

"Yang wangi itu jasad bapak saya Suarma, sama kakak saya Nurjanah. Wanginya kayak melati gitu," kata Satria lagi.

Selain sosok Suarma dan Nurjanah, Satria juga menceritakan profesi bibinya semasa hidup.

Makam jasad yang masih utuh dan wangi ketika dipindahkan karena berada di lahan milik PLN di Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Selasa (5/9/2023).
Makam jasad yang masih utuh dan wangi ketika dipindahkan karena berada di lahan milik PLN di Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Selasa (5/9/2023). (TribunnewsBogor.com/Muamarrudin Irfani)

Adalah Mariam, yang merupakan adik dari Suarma.

Menurut Satria, Mariam semasa hidupnya adalah sosok baik hati dan merupakan guru mengaji.

"Mariam itu adik dari bapak saya, profesinya sebagai guru ngaji," kata Satria lagi.

Mariam juga menjadi satu dari tujuh jasad yang masih utuh saat dibongkar tersebut.

Untuk itu, Satria meyakini kalau amalan keluarganya semasa hidup itulah yang membuat jasadnya utuh bahkan mengeluarkan wangi melati.

Sebab menurut pandangan Satria, semua keluarganya yang terdiri dari kakek, ayah, kakak dan dua bibinya itu adalah orang baik.

"Semasa hidupnya saya menyaksikan langsung, dan kalau untuk baik atau tidaknya almarhum itu tergantung yang menilai. Bagi saya beliau semuanya baik," pungkasnya.

Dapat Uang Kerohiman

Pihak keluarga atau ahli waris para pemilik makam yang dipindahkan itu mendapat kompensasi dari PLN.

Uang kompensasi itu di luar biaya pemindahan yang ditanggung sepenuhnya oleh PLN.

"Untuk batu nisan dan sebagainya juga ditanggung PLN, kemudian keluarga diberi uang kerohiman Rp 500 ribu," kata petugas lapangan pemindahan makam, Ahmad Ferdiansyah.

Hal itu dibenarkan oleh ahli waris salah satu makam yang dipindahkan, Nurhasyim.

Menurutnya, uang tersebut diberikan untuk menggelar tahlil pascapemindahan makam.

"Dikasih uang Rp 500 ribu buat selametan (tahlilan)," pungkasnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved