IPB University

Program Dosen Mengabdi, Peneliti IPB University Ungkap Metode Jitu Budi Daya Ikan Kerapu

Aplikasi herbal selain dalam rangka keamanan pangan berbasis bahan baku lokal, juga bertujuan untuk memberi branding organik

Editor: widi bogor
IPB University
Dosen IPB University dari Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) yang tergabung dalam program dosen mengabdi inovasi mengenalkan inovasi teknologi marikultur kepada Kelompok Pembudi daya Ikan (Pokdakan) Sioot Coral di Tanjung Piayu Laut, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Dosen IPB University dari Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) yang tergabung dalam program dosen mengabdi inovasi mengenalkan inovasi teknologi marikultur kepada Kelompok Pembudi daya Ikan (Pokdakan) Sioot Coral di Tanjung Piayu Laut, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau.

Dr Dinamella Wahjuningrum yang merupakan putri daerah Kota Tanjungpinang, Kepri, bersama anggota tim Dr Irzal Effendi, Fajar Maulana MSi, dan Wildan Nurussalam, MSi memberikan pelatihan dan diskusi solutif mengenai berbagai metode budi daya sejumlah komoditas ikan seperti kerapu, kakap putih (siakap), teripang dan kepiting bakau.

“Kegiatan ini bertujuan untuk membantu memecahkan masalah yang ada pada aktivitas budi daya di lokasi, khususnya pada tahap pembesaran. Penyediaan hingga aklimatisasi benih dihadapkan pada permasalahan kematian pascatebar dan selama pemeliharaan. Permasalahan efisiensi produksi juga menjadi perhatian yang perlu diselesaikan,” ujarnya.

Dalam pemaparannya, Dr Dinamella menyampaikan pemanfaatan dan aplikasi obat-obatan herbal (fitobiotik).

“Aplikasi herbal ini selain dalam rangka keamanan pangan berbasis bahan baku lokal, juga bertujuan untuk memberi branding organik dan memenuhi aspek keamanan pangan, sehingga bisa lebih diminati konsumen,” ungkap dia.

Bahan herbal yang berpotensi digunakan meliputi kulit bawang merah, bawang putih, meniran, sambiloto, limbah batang pisang, hingga ekstrak karamunting yang bisa dimanfaatkan untuk aktivitas reproduksi kepiting bakau.

Sementara, Dr Irzal memaparkan sistem produksi usaha budi daya marikultur.

Salah satunya terkait potensi komoditas budi daya lobster yang diinginkan oleh masyarakat, mengingat dekat dengan pasar ekspor yaitu Singapura.

“Hanya saja, ketersediaan benih perlu disiapkan atau diadakan terlebih dahulu. Adapun prosedur operasi standar (POS) budi daya dapat dipelajari dari lokasi yang sudah berhasil kemudian,” jelasnya.

Wildan Nurussalam dan Fajar Maulana masing-masing menyampaikan mengenai kondisi lingkungan yang dibutuhkan untuk budi daya, khususnya di lokasi sekitar perairan Tanjung Piayu Laut.

Keduanya juga mengulas terkait aspek pembenihan yang perlu diperhatikan dalam aktivitas pembenihan biota budi daya serta faktor pemilihan benih yang perlu menjadi perhatian para pembudi daya.

“Faktor lingkungan yang perlu diperhatikan antara lain faktor fisik, kimia dan biologis dari perairan. Kesemuanya perlu diketahui sejak awal agar kehidupan biota budi daya dapat terdukung dengan kualitas perairan yang dipilih,” urainya.

Lebih lanjut Fajar Maulana mengatakan, benih yang digunakan budi daya hendaknya memiliki kualitas yang baik.

Hal itu dapat dicirikan dengan benih yang bersertifikat atau berasal dari panti benih, memiliki ukuran yang seragam untuk mencegah terjadinya kanibalisme maupun dominansi.

Juga benih yang sehat dan tidak cacat serta responsif bila mendapat gangguan.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA
    KOMENTAR

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved