Mengenal Sosok Muda Inspiratif, Bayu Sang Penyelamat Ekosistem Laut dari Sampah

Sosok Bayu Pamungkas (28), pegiat mangrove yang jadi penggerak kegiatan bersih-bersih sampah di laut yang bertujuan untuk menjaga lingkungan laut

Penulis: khairunnisa | Editor: khairunnisa
Dokumentasi pribadi
Sosok Bayu Pamungkas (28), pegiat mangrove yang jadi penggerak kegiatan bersih-bersih sampah di laut yang bertujuan untuk menjaga lingkungan laut dari sampah 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Sosok muda penginisiasi pembersihan sampah di laut ternyata tak cuma Pandawara Group.

Ada juga Bayu Pamungkas, pemuda 28 tahun yang bergerak aktif jadi penyelamat ekosistem laut dari sampah.

Bermula dari kecintaannya terhadap ekosistem mangrove, Bayu dibuat tersadar bahwa sampah adalah masalah terbesar yang dihadapinya kala berkecimpung dengan mangrove.

Terlebih selama berkegiatan dalam konservasi mangrove, polemik terkait sampah selalu dijumpai Bayu dan komunitasnya.

Maka tak heran melalui komunitas yang dikembangkannya, lulusan Institut Pertanian Bogor University itu turut menyertakan kegiatan bersih-bersih sampah di sungai dan laut sebagai agenda wajib dalam aktivitas penanaman mangrove.

"Mangrove itu kan di pesisir, kita sering naik perahu, melewati sungai, lumpur, selama kegiatan itu kita selalu mencoba menyelingi kegiatan dengan pembersihan sampah. Kita sambil jalan pungutin sampah yang kita lihat. Jadi peserta enggak hanya menanam mangrove, tapi ada pengetahuan yang mereka alami sendiri," ujar Bayu Pamungkas, co-founder komunitas Mangrovejakarta.id.

Awal Mula

Sejak 2021, Bayu dan komunitasnya secara aktif menyelipkan kegiatan bersih-bersih sampah di pesisir dan laut dalam agenda penanaman mangrove.

Awalnya, pemuda asal Tangerang ini dibuat tercengang tatkala melewati area yang hendak ditanami bibit mangrove.

Bertempat di Tanjung Burung, Banten, Bayu syok lantaran area tempatnya hendak menanam bibit mangrove telah tertutupi sampah.

"Selama perjalanan itu, kiri kanan kita sungai ada sampahnya. Ketika kita sampai ke titik tanam di muara sungai, itu kita turun dari kapal bukan nginjek lumpur, tapi sampah. Kayak 80 persen itu sampah," ungkap Bayu.

Dari situlah ide Bayu dan komunitasnya muncul agar para peserta penanaman mangrove juga melakukan kegiatan bersih-bersih sampah di pesisir dan laut.

Harapannya, peserta bisa mendapatkan gambaran bahwa masalah sampah sangatlah penting dalam keberlangsungan hidup mangrove.

"Harapannya ada efek psikologis 'jangan buang sampah sembarangan'," pungkas Bayu.

Kegiatan pegiat mangrove dalam agenda bersih-bersih sampah di laut guna menjaga kelestarian ekosistem di laut
Kegiatan pegiat mangrove dalam agenda bersih-bersih sampah di laut guna menjaga kelestarian ekosistem di laut (Dokumentasi pribadi)

Keterlibatan Warga

Dua tahun berselang, Bayu dan komunitasnya telah mendatangi 12 pantai guna kegiatan bersih-bersih sampah dan penanaman mangrove.

Di antaranya adalah wilayah Mauk Tangerang, Tanjung Burung, Tanjung Pasir, PIK, Marunda, Muara Gembong, Karawang, Jogja, Pulau Harapan, Pulau Pari, Pulau Tidung, Kalimantan.

Dari setiap kegiatan, Bayu kerap melibatkan warga sekitar serta anak-anak muda di wilayah tersebut.

Berdasarkan temuannya, Bayu pun mengungkap jenis-jenis sampah yang kerap dijumpai komunitasnya saat melakukan kegiatan bersih-bersih di pesisir dan laut.

"Kebanyakan steroform, tapi beda lokasi beda kondisi. Tapi kebanyakan itu kresek, plastik kiloan, sachet kopi, kita nyebutnya fleksibel. Tapi ada juga sampah kain, gelas botol," kata Bayu.

Beberapa jenis sampah yang ditemukan Bayu dan komunitasnya itu pun segera dikumpulkan lalu dibuang ke tempat pembuangan sampah yang tersedia di wilayah tersebut.

Dari setiap kegiatan yang dilakukan komunitasnya, Bayu selalu memastikan bahwa area tersebut bersih dari sampah agar ekosistem mangrove di sana bisa bertumbuh sebagaimana mestinya.

"Kita selalu bawa sampah itu ke tempat pembuangan yang sesuai. Kita belum sampai memilah sampah. Kita pastikan sampah enggak terbuang lagi ke sungai. Kita bawa sampah itu ke tong sampah dan dipilah, atau ke TPS," imbuh Bayu.

Dari setiap kegiatan di komunitasnya, Bayu tak lupa menyelipkan ilmu perihal pentingnya kondisi darat yang bersih dari sampah guna keberlanjutan hidup ekosistem laut.

Aksi Siswa SMA Tanam Mangrove dan Lamun di Pulau Harapan pada Sabtu (18/12/2021)
Aksi Siswa SMA Tanam Mangrove dan Lamun di Pulau Harapan pada Sabtu (18/12/2021) (Dokumentasi Mangrovejkt)

Seperti diketahui, mangrove adalah ekosistem pesisir yang punya peranan penting dalam ekosistem laut.

Ekosistem mangrove adalah tempat para biota laut mencari makan (feeding ground), pembesaran anakan (nursery ground), pemijahan (spawning ground), serta tempat tinggal.

Jika kondisi darat yang bersih dari sampah, maka ekosistem mangrove pun akan tumbuh dengan sempurna.

Sehingga ekosistem di laut pun akan menjadi tempat sempurna untuk para biota berkembang biak.

Hal tersebut tentu akan banyak mempengaruhi kondisi ekosistem laut dalam serta laut secara keseluruhan.

Karenanya, Bayu berharap agar permasalahan terkait sampah di darat segera diatasi oleh pemerintah setempat.

Tentu saja hal tersebut tak bisa lepas dari peran masyarakat yang harus mulai sadar akan larangan buang sampah sembarangan terlebih ke sungai.

"Setiap hari masih ada sampah di sungai, bahkan ada gelondongan yang dibuang ke sungai. Harapannya kita enggak mau ada sampah di mangrove. Harapannya penguatan pengelolaan sampah di daratnya yang ditingkatkan," ujar Bayu.

"Masih banyak desa dan pemukiman yang enggak ada truk sampah, rumah yang belum punya tong sampah. TPA kita udah overload, otomatis sampah tiap hari ada tapi pengelolaannya enggak bagus. Makanya program pemerintah mendukung bank sampah, program TPS3R harus digalakkan," sambungnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved