Kepemimpinan Dalam Manajemen Krisis Bima Arya di Akhir Masa Jabatannya

Bima Arya sebagai Wali Kota Bogor dan pemimpin tertinggi di Kota Bogor harus melakukan manajemen krisis guna menanggulangi krisis panjang ini.

Istimewa/Pemkot Bogor
Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto tampil dalam acara malam Refleksi Kota Bogor 2014 - 2024 Bogor Bisa Berlari Menata Kota, Membangun Manusia, Rabu (20/12/2023) malam. 

Crisis Leadership

Dalam manajemen krisis dibutuhkan seorang pemimpin yang memiliki visi pandangan ke depan seperti pernyataan Sisman (2002) dalam buku Total Quality Management in Education: Theory and Practice.

Menurut Kadibesegil (2008) dalam buku Crisis Announces It Is Coming, manajemen krisis tidak hanya membutuhkan pemimpin visioner, tetapi juga  pemimpin nyata yang memiliki solusi untuk menghadapi segala jenis krisis.

Ada enam prinsip utama kepemimpinan krisis, yaitu komunikasi, pengambilan keputusan, humanisme, inovasi, realisme, dan nilai-nilai inti.

Selama pelaksanaan revitalisasi Jembatan Otista ini, Bima Arya harus membangun dan mempertahankan kepercayaan masyarakat.

Seperti yang disampaikan Ahern & Loh (2020) dalam jurnal Leadership during the COVID-19 Pandemic: Building and Sustaining Trust in Times of Uncertainty menyatakan bahwa membangun kepercayaan masyarakat dilakukan melalui persiapan dan perencanaan yang matang, memberikan informasi dan data yang akurat dan kredibel, serta adapatif dan koordinasi yang baik diantara pengambil keputusan atau pemangku kepentingan.

Sementara itu, demi mempertahankan kepercayaan, seorang pemimpin dituntut untuk mampu bertanggung jawab dan transparan (responsibility and transparency) serta memiliki empati dan mampu merasakan apa yang dirasakan oleh masyarakat.

Memperhatikan dan berempati pada masyarakat dapat dilihat dari gaya kepemimpinan transaksional yang dimiliki oleh Bima Arya.

Bima Arya membuat kebijakan dan keputusan tentang Jembatan Otista ini dengan memperhatikan pertimbangan dan masukan dari Forkopimda Kota Bogor, instansi dan unit kerja pemerintahan terkait serta pedagang maupun masyarakat Kota Bogor.

Sedangkan untuk kepemimpinan transformasional, Bima Arya dinilai mampu mengimplementasikan perubahan di Kota Bogor.

Mendorong kemajuan dan memotivasi seluruh warga Kota Bogor untuk menjadikan Kota Bogor jauh lebih baik dimasa mendatang terutama pada sektor pembangunan infrastruktur.

Dalam konteks manajemen krisis, unsur kepemimpinan memegang peranan penting.

Kualitas  seorang pemimpin  menentukan durasi, tingkat keparahan, dan hasil akhir dari suatu krisis.

Seorang pemimpin harus mampu mengatur ritme penanggulangan krisis dengan menunjukkan perilaku yang diharapkan dalam situasi krisis.

Seiring dengan ditutupnya Jalan Otista, Bima Arya telah mempersiapkan manajemen strategi komunikasi kegiatan revitalisasi Jembatan Otista.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved