Kisah Supri Pengusaha Jajanan Jadul Rambut Nenek di Bogor, Sudah 34 Tahun, Resep Langsung dari Kakek

Supri sudah 34 tahun menggeluti usaha yang ilmunya ia dapatkan dari kakeknya yang berasal dari Brebes .

Penulis: Rahmat Hidayat | Editor: Vivi Febrianti
TribunnewsBogor.com/Rahmat Hidayat
Usaha jajanan jadul Rambut Nenek bikinan Supri (58) di Jalan KH Sholeh Iskandar, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Sabtu (27/1/2024). 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Rahmat Hidayat

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, TANAH SAREAL - Supri (58) warga asal Brebes, Jawa Tengah, membagikan kisahnya tentang perjuangannya mempertahankan jajanan jadul berbahan dasar gula putih yakni Rambut Nenek.

Jika dihitung sampai sekarang, Supri sudah 34 tahun menggeluti usaha yang ilmunya ia dapatkan dari kakeknya yang berasal dari Brebes juga.

Dua kota pernah disinggahi olehnya untuk mempertahankan usahanya ini yakni di Kota Bandung serta Kota Bogor.

Di Kota Bogor, Supri datang sekira tahun 2004-2005. 

Di Kota Bogor sendiri ia tinggal di rumah kontrakan yang sangat padat penduduk tepatnya di dalam gang kawasan Jalan KH Sholeh Iskandar, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor.

Di sini ia mempertahankan usaha Rambut Nenek yang ia geluti sejak tahun 1990 an itu.

"Saya mulai bikin ini ya tahun 1990an, itu di Bandung. Saya lamanya di Bandung. Di Bogor tahun 2004-2005. Kalau dihitung sudah 34 tahun. Ini usaha turun temurun lah. Dari kakek, terus ke paman saya, orangtua saya, dan sekarang saya," kata Supri dijumpai TribunnewsBogor.com di kediamannya, Sabtu (27/1/2024).

Di Kota Bogor, perjalanan mempertahankan usaha rambut nenek ini dirasa Supri tidak mudah.

Ia awalnya tidak mempunyai pelanggan tetap dan bahkan sampai harus menjual sendiri rambut nenek hasil bikinannya.

Ia menjual rambut nenek ini dari sekolah ke sekolah serta keliling kampung.

"Ya dari bikin terus saya keliling juga. Itu belum ada pedagangnya waktu itu. Di Bogor itu saya pernah gitu," kenangnya.

Ketika pertama kali pindah ke Kota Hujan, ia berharap usaha rambut neneknya ini akan bisa berjalan mulus.

Usaha jajanan jadul Rambut Nenek bikinan Supri (58) di Jalan KH Sholeh Iskandar, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Sabtu (27/1/2024).
Usaha jajanan jadul Rambut Nenek bikinan Supri (58) di Jalan KH Sholeh Iskandar, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Sabtu (27/1/2024). (TribunnewsBogor.com/Rahmat Hidayat)

"Alasan saya pindah dari Bandung, karena di sana sudah ramai yang bikin. Di Kota Bogor awalnya gak ada yang bikin usaha kaya gini (rambut nenek)," ujarnya.

Waktu demi waktu ia jalani demi memperahankan usaha rambut neneknya ini.

Buah keringatnya membuahkan hasil. Rambut Nenek olahannya sampai terkenal ke Jakarta.

Memang, walaupun bukan skala besar, tetapi hal itu sanggup mengobati usaha kerasnya Supri.

"Banyak. Itu dari leuwiliang, bogor, depok, pasar rebo. Dulu sampai ke Jakarta malah. Tapi, sekarang sepi karena di daerah sana juga ada yang bikin. Itu daerah Kebayoran, Tanah Abang, Kampung Melayu. Itu orang Brebes juga," katanya.

Sekantong Rambut Nenek, ia banderol dengan harga 42 ribu tanpa simpring. Jika dengan simpring, ia banderol dengan harga 65 ribu.

Untuk sekantong rambut nenek itu, beratnya bisa mencapai 1 kilogram.

Saking ramainya, Supri bisa membuat Rambut Nenek itu sampai 30 kantong plastik.

"Karena kan prosesnya cepat. Satu jam kita bisa bikin 3 plastik lah. Ya kalau per harinya bisa sampai 20-30 plastik," ungkapnya.

Usai rambut neneknya ramai pembeli, Supri sempat kembali dihadapkan dengan kenyataan yang sulit tepatnya d itahun 2020 silam.

Saat itu, usahanya turun karena saat itu dihantui badai pandemi.

Pembelinya memilih beralih ke pekerjaan lain yang lebih menjanjikan.

"Ya tetap produksi. Tapi, lebih sedikit. Ya normal lah. Kita jalan terus. Walaupun sedikit tapi ga sampai gulung tikar," kenangnya.

Keunikan Rambut Nenek Supri

Ada keunikan tersendiri memang dari Rambut Nenek bikinan Supri ini.

Supri memilih untuk tidak memberikan warna pada rambut nenek bikinannya tak seperti kebanyakan.

Ia lebih senang membuat rambut nenek secara original.

Ia memilih original lantaran takut para pembeli rambut neneknya mencap buatannya itu menggunakan pewarna kimia.

Usaha jajanan jadul Rambut Nenek bikinan Supri (58) di Jalan KH Sholeh Iskandar, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Sabtu (27/1/2024).
Usaha jajanan jadul Rambut Nenek bikinan Supri (58) di Jalan KH Sholeh Iskandar, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Sabtu (27/1/2024). (TribunnewsBogor.com/Rahmat Hidayat)

"Lalu, sedikit pewarna makanan. Tapi, banyaknya di sini original. Kenapa ga diwarnain? Takut banyak pertanyaan. Katanya pake pewarna makanan atau bukan.  Terus ditambah juga permintaan pembelinya yang pengen original kan," paparnya.

Bahan-bahan yang digunakan Supri pun tidak tanggung-tanggung.

Ia memilih menggunakan bahan-bahan dengan grade A. Mulai dari gula, minyak, bahkan sampai tepung terigu.

Jika tidak seperti itu, diakui Supri, rambut nenek bikinannya, sudah pasti gagal.

"Kita juga mesti tahu karakter gula. Makanya saya tidak main-main kalau gula. Kalau gulanya salah, ya pasti mengembang lah, menggumpal. Malah jadi gagal," ujarnya.

Dengan berbahan dasar grade A serta keasliannya, Rambut Nenek Supri ini digemari oleh anak-anak.

Terutama, anak-anak yang masih sekolah di tingkat dasar.

"Banyak yang masih suka. Kalau suka dan tidak suka sih relatif ya. Tapi, kalau orangtuanya suka rambut nenek, anaknya pun pasti ngikutin," jelasnya.

Supri yang mengalami pasang surut untuk mempertahankan usahanya ini bertekad untuk tetap menjalankan bisnis ini.

Jika dia tidak mempertahankan usahanya, kata Supri, siapa lagi yang akan melanjutkan.

"Di Brebes sana masih banyak yang bikin. Tapi, orang lain. Nah, kalau di keluarga saya cuman sisa saya aja. Kalau saya sih inginnya terus lanjut usaha ini," tandasnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved