Penitipan Motor di Stasiun Bojonggede Kini Sepi, Pengusaha Salahkan Skybridge, Omzetnya Melorot

Dampak Negatif Skybridge Stasiun Bojonggede, Penitipan Motor Sepi, Pedagang Kini Tak Dihampiri Pembeli

Penulis: Muamarrudin Irfani | Editor: Ardhi Sanjaya
TribunnewsBogor.com/Muamarrudin Irfani
Pengusaha jasa penitipan motor di depan Stasiun Bojonggede ungkap dampak beroperasinya Skybridge Bojonggede, Selasa (30/1/2024). (Muamarrudin Irfani) 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Muamarrudin Irfani

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOJONGGEDE - Pembangunan skybridge di Stasiun Bojonggede, Kabupaten Bogor kini mulai menimbulkan dampak negatif, khususnya bagi penitipan motor.

Pengusaha penitipan motor di Stasiun Bogor kini mulai tercekik akibat dampak negatif dari skybridge.

Betapa tidak menurut pengakuan seorang pengusaha penitipan motor, Agus (48) dalam sehari ia hanya mendapat 10 pelanggan saja.

"Kalau saya ngerasain bagusnya cuma hanya beberapa bulan, karena kan di depan ini ada gang yang bisa tembus ke stasiun terus ditutup, penurunan hampir setengahnya, memudian setelah dibuka skybride makin menurun," ujarnya kepada TribunnewsBogor.com, Selasa (30/1/2024).

Dengan mematok tarif Rp 5 ribu per motonya, ia mengaku penghasilannya pun dalam sehari kini tidak mencapai angka Rp 100 ribu.

Pasalnya, setiap harinya hanya sedikit penumpang kereta yang menitipkan motor di tempatnya.

"Kalau saya kapasitas masih terbatas 80 sampe 90, paling banyak 100 motor, tapi itu Senin sampai Jumat, Sabtu sama Minggu mah biasa. (Sekarang) Aduh bisa diitung jari yah, cuma 10, 15 permotor, (pendapatan) Rp 50 sampe Rp 75 ribu," ungkapnya.

Skybridge ini mengintegrasikan antara terminal dengan stasiun, lalu lalang penumpang kereta pun tidak lagi campur aduk dengan arus lalu lintas yang berujung kemacetan.

Kemudian juga akses pintu selatan stasiun ditutup total sehingga para penumpang kereta secara otomatis harus melewati skybridge untuk masuk ke Stasiun Bojonggede.

Angkutan umum yang biasa mangkal di depan stasiun kini tak lagi terlihat. Mereka lebih memilih menunggu penumpang di terminal yang juga menjadi pintu keluar-masuk skybridge.

Kini, lalu lintas di depan Stasiun Bojonggede pun sangat lancar tanpa hambatan.

Para penumpang yang membawa kendaraan lebih memilih menyimpan kendaraanya di area parkir Skybridge Bojonggede. 

Penurunan omzet itu, kata Agus, bukan hanya terjadi pada usaha jasa penitipan motor saja, melainkan hampir semua usaha yang ada di sepanjang jalan depan Stasiun Bojonggede mengalami hal yang sama.

Pedagang buah di depan Stasiun Bojonggede, Kabupaten Bogor ngaku pendapatannya menurun setelah beroperasinya skybridge, Selasa (12/12/2023).
Pedagang buah di depan Stasiun Bojonggede, Kabupaten Bogor ngaku pendapatannya menurun setelah beroperasinya skybridge, Selasa (12/12/2023). (TribunnewsBogor.com/Muamarrudin Irfani)

Usaha parkirannya pun kini bisa dibilang seperti 'hidup enggan mati tak mau' karena sepi. Namun alasannya masih bertahan menjalankan usaha jasa penitipan motor lantaran ingin menjual lapaknya.

Sehingga, sambil menjaga motor yang dititipkan ia juga sambil mempromosikan lapaknya.

"Dampaknya besar sekali, engga hanya parkiran aja, wirausaha di daerah-daerah ini juga kena dampaknya," ucapnya.

Lebih lanjut, ia pun berharap pemerintah memberikan solusi kepada para pelaku usaha khususnya yang berada di depan Stasiun Bojonggede.

Salah satu harapannya adalah akses pintu selatan Stasiun Bojonggede kembali dibuka sehingga para penumpang memiliki dua pilihan.

"Integrasi dari terminal ke stasiun memang tujuan pemerintah, tapi jangan dijadikan ini satu-satunya pintu masuk dari daerah sini, paling engga dibukakan lagi pintu di daerah sini, seperti Stasiun Cilebut, Citayam itu stasiun lamanya difungsikan lagi untuk akses keluar masuk," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved