DBD di Kabupaten Bogor Tembus 392 Kasus, Ini Sebaran Wilayah Kasus Tertinggi
Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor mencatat sebanyak 392 kasus demam berdarah (DBD) sejak awal tahun 2024.
Penulis: Muamarrudin Irfani | Editor: Yudistira Wanne
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Muamarrudin Irfani
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CIBINONG - Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor mencatat sebanyak 392 kasus demam berdarah (DBD) sejak awal tahun 2024.
Kepala Bidang Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor, Adang Mulyana mengatakan, terdapat enam wilayah kecamatan dengan kasus tertinggi.
"Kecamatan Nanggung 28 kasus, Cibungbulang 28, Pamijahan dan Cileungsi 27, Leuwiliang dan Jonggol 25," ujarnya, Sabtu (24/2/2024).
Sementara itu, terdapat juga empat warga Kabupaten Bogor meninggal dunia akibat terserang DBD.
Ia mengatakan pihaknya telah melakukan berbagai upaya pengendalian DBD di lokasi warga yang meninggal dunia.
"Upaya yang dilakukan penyuluhan, PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk), Larvasida dan fogging focus," katanya.
Sebelumnya diberitakan, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor mencatat ratusan kasus demam berdarah (DBD) terjadi pada awal tahun 2024.
Pada periode Januari 2024 tercatat sebanyak 255 kasus DBD, sedangkan pada Februari 2024 tercatat sebanyak 137 kasus DBD.
Kepala Bidang Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor, Adang Mulyana mengatakan kasus DBD ini mengalami kenaikan.
"Peningkatan kasus mulai akhir 2023 terutama bulan Desember sebanyak 278 kasus. Untuk Januari sampai Februari 2024 total 392 kasus," ujarnya kepada TribunnewsBogor.com, Jumat (23/2/2024).
Adang Mulyana mengungkapkan, pihaknya juga mencatat adanya empat korban meninggal dunia akibat DBD.
Empat korban meninggal dunia ini didominasi oleh anak-anak, yakni tiga orang berusia di bawah 10 tahun dan satu orang berusia 13 tahun.
"Semua kasus meninggal sudah menjalani perawatan di rumah sakit," terangnya.
Ia memaparkan, penyebab meningkatnya kasus DBD ini dipengaruhi oleh faktor cuaca yang tak menentu atau pancaroba.
Selain itu, kata dia, masih adanya lingkungan yang kurang bersih dan banyaknya tempat perindukan nyamuk sehingga mengakibatkan nyamuk mudah dalam berkembang biak.
"Menyebabkan perindukan atau tempat bertelur nyamuk atau genangan air sangat banyak dan akhirnya menetas secara bersamaan," ungkapnya.
| Angkat Potensi Lokal dan Perempuan Desa, Pemkab Bogor Luncurkan Festival Tangkil 2025 |
|
|---|
| Tak Hanya Perpindahan Penduduk, Mentrans Ingin Transmigrasi Ciptakan Ekonomi Inklusif Berkelanjutan |
|
|---|
| 10 Kontrakan di Cileungsi Bogor Hangus Dilalap Api, Penyebab Diduga Akibat Konsleting Listrik |
|
|---|
| Evaluasi Uji Coba CFD di Jalan Tegar Beriman, Dishub Kabupaten Bogor Incar Retribusi Parkir |
|
|---|
| Mobil Pick Up dan Truk Terlibat Kecelakaan di Puncak Bogor, Pengemudi Luka |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.