Viral di Medsos

Tangis Pilu Ibu di Bangkalan, Kepala Bayinya Putus saat Dilahirkan, Tanggapan Kadinkes Mengejutkan

Curhatan pilu seorang ibu di Bangkalan, Madura saat tahu kepala bayi yang dilahirkannya putus dan tertinggal di rahim

Penulis: khairunnisa | Editor: widi bogor
kolase Youtube
Curhatan pilu seorang ibu di Bangkalan, Madura saat tahu kepala bayi yang dilahirkannya putus dan tertinggal di rahim. Sang ibu kini meminta pihak Puskesmas bertanggung jawab 

TRIBUNNEWSBOGOR.C0M - Seorang ibu di Bangkalan, Madura, Jawa Timur tak pernah menyangka bakal kehilangan sang bayi.

Usai mengandung selama sembilan bulan, ibu bernama Mukarromah itu pun tersentak kala tahu sang bayi yang baru dilahirkannya meninggal dunia.

Yang paling membuat Mukarromah syok adalah kepala bayinya putus dan tertinggal di rahimnya.

Alhasil karena kejadian tersebut, Mukarromah pun melaporkan pihak bidan dan Puskesmas yang membantu persalinannya.

Terkait kasus tersebut, pihak Kadinkes pun turut bersuara seraya mengurai penjelasan mengejutkan.

Dalam tayangan wawancara di Kompas TV, Mukarromah mengurai kronologi kepala bayinya putus saat dilahirkan.

Awalnya, Mukarromah mengaku ingin melahirkan di bidan kampung dekat rumahnya pada Selasa (5/3/2024) lalu.

Namun karena posisi bayinya sunsang, Mukarromah pun dirujuk oleh bidannya agar melahirkan di rumah sakit.

Tak bisa langsung ke rumah sakit, Mukarromah pun meminta rujukan dari Puskesmas Kedungdung, Bangkalan untuk meminta surat rujukan.

Tapi nyatanya, permintaan Mukarromah tak diindahkan pihak rumah sakit.

Alih-alih memberikan surat rujukan ke rumah sakit, pihak Puskesmas justru meminta Mukarromah agar melahirkan di Puskesmas saja.

"Saya berangkat ke dokter kampung (bidan), dibilang bayi itu sunsang, lemah. Terus saya dirujuk ke Puskesmas, disuruh minta rujukan ke Bangkalan. Akhirnya saya sampe ke Puskesmas, saya minta rujukan (tapi) enggak dikasih," ujar Mukarromah dilansir TribunnewsBogor.com, Selasa (12/3/2024).

Permintaannya tak digubris, Mukarromah semakin bingung saat dirinya dibawa ke ruang bersalin.

Padahal diakui Mukarromah, ia ingin melahirkan di rumah sakit.

"Saya dibawa ke ruang persalinan, katanya mau usaha sendiri. Saya nih enggak mau melahirkan di sini (Puskesmas), saya mau minta rujukan aja operasi, tapi (kata pihak Puskesmas) 'sebentar ya'. (Saat itu sudah kontraksi) sakit," pungkas Mukarromah.

Ilustrasi - Curhatan pilu seorang ibu di Bangkalan, Madura saat tahu kepala bayi yang dilahirkannya putus dan tertinggal di rahim. Sang ibu kini meminta pihak Puskesmas bertanggung jawab
Ilustrasi - Curhatan pilu seorang ibu di Bangkalan, Madura saat tahu kepala bayi yang dilahirkannya putus dan tertinggal di rahim. Sang ibu kini meminta pihak Puskesmas bertanggung jawab (Wartakota/Ilustrasi)

Di momen kontraksi tersebut, Mukarromah sempat ngotot dengan pihak Puskesmas Kedungdung bahwa ia mau melahirkan di rumah sakit.

Tapi Mukarromah malah ditakut-takuti oleh pihak Puskesmas.

"Katanya (pihak Puskesmas) mau usaha sendiri, alasannya enggak diangkat dokter (teleponnya). Akhirnya bidan (yang membantu persalinan)," kata Mukarromah.

"Saya ditakut-takuti (Puskesmas katanya) 'kamu nanti kalau ada apa-apa di perjalanan, bidan sini enggak mau tahu ya. Terus sampai di rumah sakit kamu enggak bakal dioperasi, kamu bakal dibantu pakai tangan juga'. Saya bilang 'biarin, saya mau dirujuk aja'. Akhirnya diberi rujukan rumah sakit," sambungnya.

Alhasil, Mukarromah pun pasrah kala diminta bersalin di Puskesmas.

Hingga akhirnya, kejadian nahas pun terjadi saat persalinan Mukarromah.

Yakni kepala bayi Mukarromah putus dan tersangkut di rahim ibu.

"Saya pembukaan empat disuruh ngeden. Akhirnya bayi keluar. Setelah itu ditarik, perut saya didorong, akhirnya kepala (bayi) terputus. Saya sempat lihat bidan itu megang gunting, sambil tarik (bayi saya), perut saya didorong-dorong," imbuh Mukarromah.

Kala itu, Mukarromah mengaku dibantu persalinannya oleh tiga bidan.

Usai membantu melahirkan, para bidan kata Mukarromah tak memberikan penjelasan apa-apa kenapa kepala bayinya putus.

"Ada tiga bidan (yang membantu persalinan), yang saya ingat itu bidan Mega saja, yang duanya tidak tahu. Bayi (sudah) meninggal dunia. (Kata Puskesmas) kepala bayi terputus. Saya enggak mau dilayani di sana," pungkas Mukarromah.

Setelah proses bersalin tersebut, pihak Puskesmas akhirnya memberikan surat rujukan ke rumah sakit.

Di sana, Mukarromah baru tahu penyebab bayinya meninggal dunia.

"Saya dioperasi caesar (di rumah sakit). Katanya ini enggak mungkin (kepala bayinya) putus sendiri kalau enggak digunting," ungkap Mukarromah.

Kata pihak rumah sakit, bayi yang dikandung Mukarromah sudah meninggal dunia dua hari sebelum dilahirkan.

Namun penjelasan tersebut tak diungkap pihak Puskesmas sehingga membuat Mukarromah kecewa.

"Kata rumah sakit (bayinya) sudah meninggal dua harian sejak dalam kandungan, dua hari sebelum persalinan," imbuh Mukarromah.

Atas kasus tersebut, Mukarromah dan suami pun melaporkan Puskesmas Kedungdung ke Polres Bangkalan.

"Saya pengin beri keadilan. Saya harap pihak polisi bertindak tegas dan beri saya keadilan," ujar Mukarromah.

Curhatan pilu seorang ibu di Bangkalan, Madura saat tahu kepala bayi yang dilahirkannya putus dan tertinggal di rahim. Sang ibu kini meminta pihak Puskesmas bertanggung jawab
Curhatan pilu seorang ibu di Bangkalan, Madura saat tahu kepala bayi yang dilahirkannya putus dan tertinggal di rahim. Sang ibu kini meminta pihak Puskesmas bertanggung jawab (kolase Youtube)

Tanggapan Kadinkes

Curhatan Mukarromah viral hingga jadi atensi satu Indonesia, Kepala Dinas Kesehatan ( Kadinkes) Kabupaten Bangkalan, Nur Chotibah pun mengurai fakta mengejutkan.

Rupanya kasus tersebut sudah diaudit oleh tim Dinkes pada 8 Maret 2024 yang dihadiri oleh dokter spesialis kandungan, Kepala Puskesmas Kedungdung dan para bidan, hingga IDI.

Berdasarkan penelusuran sementara, Nur Chotibah menyebut bahwa sebenarnya bayi yang dikandung Mukarromah sudah meninggal dunia kurang lebih 2 minggu.

"Umur kehamilan 45 minggu, lewat sekitar 4-5 minggu dari HPL," kata Nur Chotibah dilansir dari Tribun Jatim.

Diungkap Nur Chotibah, pihak Puskesmas sebenarnya sudah berkomunikasi dengan pihak rumah sakit soal kondisi Mukarromah.

"Kami sudah berkomunikasi dengan pihak rumah sakit. Posisi bokong duluan (bayi), di samping itu tensi ibunya 180/100 disebut dengan istilah medis Pb atau keracunan kehamilan," pungkas Nur Chotibah.

Selain itu, Nur Chotibah juga mengungkap kondisi memilukan bayi yang dikandung Mukarromah.

"Kondisi bayi saat di luar kulit sudah mengelupas semau karena sudah meninggal dunia dalam kandungan," ujar Nur Chotibah.

Adapun penyebab kepala bayi terputus menurut Nur Chotibah karena adanya tindakan sesuai SOP yang dilakukan bidan.

"Memang ada dorongan sesuai teknis SOP, ibu (Mukarromah) ngeden secara pelan, kepala tertinggal itu karena IUFD, tidak ada pengaruh lain," imbuh Nur Chotibah.

Baca berita lain TribunnewsBogor.com di Google News 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved