Sambut Hari Bakti Rimbawan, Bhumi Pasa Hijau dan TGC IPB Mitigasi Potensi Pohon Tumbang di Bogor

Curah hujan yang tinggi di Kota Bogor menjadi ancaman terhadap munculnya potensi pohon tumbang.

Editor: Yudistira Wanne
Istimewa
Himpunan Mahasiswa Silvikultur (Tree Grower Community/TGC) IPB University melakukan mitigas mencegah pohon tumbang disaat curah hujan tinggi. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM – Curah hujan yang tinggi di Kota Bogor menjadi ancaman terhadap munculnya potensi pohon tumbang.

Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Bogor mengungkapkan sejauh ini ada sebanyak 242 pohon dalam kondisi ekstrim dan 107 dalam kondisi resiko tinggi dari total 1.632 pohon yang ada di Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor.

Situasi tersebut mendorong Himpunan Mahasiswa Silvikultur (Tree Grower Community/TGC) IPB University bersama lembaga organisasi nirlaba Bhumi Pasa Hijau melakukan usaha mitigasi dalam bentuk kegiatan pemantauan kesehatan pohon di Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor dengan studi kasus di Jalur Hijau CIFOR.

“Kegiatan pemantauan kesehatan pohon di Kota Bogor ini dilatari dengan kejadian pohon tumbang yang tinggi selama musim hujan, ditambah saat ini sudah ada himbauan dari BMKG terkait adanya bibit siklon tropis yang salah satu daerah terdampaknya ialah Jawa Barat dengan status Waspada. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan kesehatan pohon sebagai bentuk mitigasi pohon tumbang dan harapan kedepannya menjadi saran dalam penyusunan rencana kelola ruang terbuka hijau di Kota Bogor,” kata Nevky Emiraj Saputra selaku perwakilan dari Bhumi Pasa Hijau (BPH) dalam keterangannya dari Bogor, Selasa (19/3/2024).

Nevky menyampaikan hal tersebut saat berbicara pada forum Diskusi Keilmuan Kehutanan yang diselenggarakan di Ruang Sidang Ulin, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada hari Sabtu, (16/3).

Diskusi Keilmuan Kehutanan ini merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan pemantauan kesehatan pohon di Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor dengan studi kasus di Jalur Hijau CIFOR.

“Kegiatan ini bertujuan sebagai bentuk kontribusi kami sebagai rimbawan kepada lingkungan sekitar. Oleh karena itu kami melaksanakan kegiatan diskusi bertepatan dengan Hari Bakti Rimbawan,” kata Ketua Himpunan Tree Grower Community, Iqbal Iswandaru, saat memberikan sambutan.

Wakil Rektor Bidang III IPB University, Prof Iskandar Zulkarnaen Siregar, mengapresiasi usaha yang sudah dilakukan TGC IPB University maupun Bhumi Pasa Hijau dengan basis keilmuan yang dimiliki untuk berkontribusi kepada lingkungan.

Iskandar mengatakan kegiatan pemantauan kesehatan pohon ini merupakan aktivitas yang menentukan pohon sehat dan pohon sakit.

Menurut dia, kegiatan ini sangat penting terutama pada pohon-pohon perkotaan. Umumnya fungsi dari kehadiran pohon-pohon itu sangat vital mulai dari penyedia oksigen, penyaring udara dan penyerap karbon, habitat satwa bahkan sampai pengurangan kebisingan.

“Pemantauan yang dilakukan oleh mahasiswa dan swasta ini merupakan bentuk penerapan keilmuan yang bermanfaat baik bagi masyarakat ataupun pemerintah dan saya sangat mengapresiasi hal tersebut,” kata Iskandar.

Bentuk kegiatan pengamatan kesehatan pohon dalam riset ini dimulai sejak bulan Desember 2023 hingga Februari 2024.

Muhammad Rizqi, perwakilan tim analisis data, menjelaskan jalur yang diamati terbagi menjadi empat kategori atau section berdasarkan aktivitas masyarakat dan kerapatan pohon.

Pada kegiatan ini, indikator yang digunakan dalam pemantauan kesehatan tegakan di jalur hijau CIFOR adalah vitalitas pohon. Nilai vitalitas ditentukan dengan melihat kondisi kerusakan pohon dan kondisi tajuknya.

Rizqi mengatakan penilaian terhadap tingkat kesehatan menunjukkan bahwa section 1, 2, dan 3 didominasi oleh pohon dalam kondisi sehat. Lalu pada section 4, kata dia, didominasi oleh pohon sangat sehat.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved