Sambut Hari Bakti Rimbawan, Bhumi Pasa Hijau dan TGC IPB Mitigasi Potensi Pohon Tumbang di Bogor

Curah hujan yang tinggi di Kota Bogor menjadi ancaman terhadap munculnya potensi pohon tumbang.

Editor: Yudistira Wanne
Istimewa
Himpunan Mahasiswa Silvikultur (Tree Grower Community/TGC) IPB University melakukan mitigas mencegah pohon tumbang disaat curah hujan tinggi. 

“Bagian pohon yang paling rentan terkena gangguan adalah batang bagian atas, batang bagian bawah, dan batang tajuk. Kerusakan yang paling banyak ditemukan adalah liana dan cabang patah atau mati. Tingkat keparahan kerusakan didominasi pada rentang 20-30 persen,” jelasnya.

Dr Titiek Setyawati, peneliti di bidang Ekologi dan Etnobotani Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), memberikan pula catatan mengenai pentingnya menelisik variabel asal tumbuhan dalam mempertimbangkan kondisi kesehatan pohon. Tumbuhan-tumbuhan asing invasif, kata dia, bisa saja menjadi agent dan carrier bagi munculnya penyakit pohon.

“Penghijauan di wilayah perkotaan terkadang terlalu berfokus pada estetika, namun tidak memperhatikan invasiveness. Padahal tumbuhan asing invasif ini berpotensi membawa serangan hama penyakit/patogen. Saya menyarankan agar dilakukan Analisa Resiko (Post Border) untuk melihat potensi keinvasifan dan menentukan arah dan strategi pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Bogor,” kata Titiek.

Dr Erianto Indra Putra, Sekretaris Departemen Silvikultur IPB University, turut menambahkan bahwa kegiatan pemantauan kesehatan pohon ini bisa menjadi saran dan masukan kepada stakeholder Kota Bogor dalam pengelolaan ruang terbuka hijau, khususnya dalam mitigasi pohon tumbang. Namun sebuah studi kasus memang perlu diperluas supaya mempunyai academic reability terhadap metode yang dilakukan.

“Kegiatan yang rekan-rekan lakukan, datanya bisa diserahkan kepada Bu Devi (Disperumkim Kota Bogor), untuk dianalisis dan ditindaklanjuti dalam pengambilan keputusan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor kedepannya, tetapi baiknya lokasi kajian bisa untuk diperluas sehingga akan ada model yang nantinya academic reliability atau adanya nilai kepercayaan tinggi terhadap metode yang rekan-rekan lakukan,” ujar Erianto.

Koordinator Bidang Pengelolaan dan Keanekaragaman Hayati Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Bogor, Devi Librianti Juvita P, menyebutkan 242 pohon dalam kondisi ekstrim dan 107 dalam kondisi resiko tinggi dari total 1632 pohon yang ada di Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor.

Penelitian, pemeliharaan, perawatan, dan penanggulangan pohon sakit pada pengaplikasiannya, kata dia, belum terlaksana secara maksimal. Hal ini terjadi karena keterbatasan sumber daya manusia sehingga eksekusi terhadap pohon “sakit” di Kota Bogor belum tercapai secara sempurna. Untuk itu, pihak Disperumkim sangat terbuka terkait peluang kerjasama penanggulangan pohon sakit di Kota Bogor.

“Kami (Disperumkim) sangat terbuka untuk melakukan kolaborasi baik kepada mahasiswa maupun swasta dalam hal penelitian, pemeliharaan, perawatan dan penanggulangan pohon sakit, kami mengapresiasi yang dilakukan oleh Tree Grower Community dan Bhumi Pasa Hijau karena metode yang dilakukan baik dan mudah diterapkan, dan kami sangat mengapresiasi inovasi aplikasi pemantauan kesehatan pohon yang dibuat oleh Bhumi Pasa Hijau,” kata Devi.

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved