Tak Cuma Vina Cirebon, Kasus Pembunuhan Mahasiswi Puspo Arum Juga Buntu, Ini Update Setelah 7 Tahun

Kasus kematian Puspo Arum yang terjadi pada 2018 itu hingga kini masih belum menemui titik terang. Sebab pembunuh Puspo Arum masih buron.

Editor: khairunnisa
Wartakota/facebook
Kasus kematian Puspo Arum yang terjadi pada 2018 itu hingga kini masih belum menemui titik terang. Sebab pembunuh Puspo Arum masih buron. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Kasus pembunuhan Vina Cirebon yang masih menyisakan kebuntuan memantik kasus lainnya ikut disorot.

Seperti kasus yang terjadi tujuh tahun lalu yakni tewasnya Mahasiswa Universitas Esa Unggul Tri Aryani Puspo Arum.

Kasus Puspo Arum kembali mencuat setelah kasus pembunuhan Vina Cirebon kembali dibuka.

Seperti diketahui, kasus kematian Puspo Arum yang terjadi pada 2018 itu hingga kini masih belum menemui titik terang.

Sang pelaku masih berkeliaran lantaran polisi belum mampu menangkapnya

Ayah korban, Kasim Efendi mengaku kecewa lantaran kasus pembunuhan anaknya tak kunjung terungkap.

Dia menyebut, sempat mendatangi Polsek Kebon Jeruk, Jakarta Barat untuk menanyakan penyidikan kasus pembunuhan Arum.

Namun, saat ini dia tak mendapatkan jawaban melegakan

"Sampai sekarang dari pihak Polsek belum pernah (ada kabar). Saya ke Polsek terakhir tahun 2021 nemuin pak Tulus, katanya belum ada perkembangan," kata Kasim dihubungi wartawan pada Senin (20/5/2024)

Hingga kini, dia masih berharap polisi dapat mengungkap kasus yang menimpa putrinya tersebut.

Di sisi lain, anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Poengky Indarti pun mempertanyakan kinerja kepolisian dalam hal ini Polda Metro Jaya lantaran belum mampu menangkap pelaku pembunuhan Arum.

Dalam waktu dekat, poengky mengaku akan bersurat ke Polda Metro Jaya.

"Kompolnas akan mengirimkan surat klarifikasi kepada Polda Metro Jaya mempertanyakan sampai di mana upaya lidik sidik kasus ini," kata Anggota Kompolnas Poengky Indarti, Senin (20/5).

Menurut Poengky, kasus-kasus pidana yang dilaporkan ke Kepolisian menjadi tanggungjawab Kepolisian untuk dapat menindaklanjuti dengan penyelidikan dan penyidikan hingga menemukan pelakunya dan memproses hukum.

Adakalanya proses lidik sidik berjalan lancar karena saksi-saksi dan bukti-bukti dapat ditemukan.

"Tetapi ada kalanya proses lidik sidik mengalami kesulitan karena sulitnya memperoleh bukti-bukti dan minimnya saksi. Dalam hal ini termasuk kasus pembunuhan dengan korban Almarhumah Tri Ari Yani Puspo Arum," terang Poengky.

Meskipun demikian, penyidik tetap harus mengupayakan pengusutan kasus ini terus berjalan. "Harus ada perkembangan dalam pengungkapannya dan menyampaikan informasi secara berkala kepada keluarga korban sebagai bentuk pertanggungjawaban dan transparansi," ujarnya.

Dari pemberitaan media yang memuat statement pihak Kepolisian, kata Poengky, Kompolnas melihat bahwa penyidik dalam proses lidik sidik sudah didukung dengan scientific crime investigation, termasuk dengan melakukan otopsi dan tes DNA.

Karena Indonesia belum memiliki Bank Data DNA untuk kriminal, memang menyulitkan penyidik untuk mendapatkan DNA pembanding.

Ilustrasi - Kasus kematian Puspo Arum yang terjadi pada 2018 itu hingga kini masih belum menemui titik terang. Sebab pembunuh Puspo Arum masih buron.
Ilustrasi - Kasus kematian Puspo Arum yang terjadi pada 2018 itu hingga kini masih belum menemui titik terang. Sebab pembunuh Puspo Arum masih buron. (Net)

"Untuk itu Kompolnas telah membuat arah bijak bagi Kepolisian agar dapat membangun Bank Data DNA guna memudahkan lidik sidik Kepolisian," tuturnya.

Dalam kasus ini, Kompolnas akan menanyakan upaya apa saja yang didukung scientific crime investigation yang telah dilakukan penyidik yang dapat mengarah kepada pelaku

"Kami yakin tidak ada kejahatan yang sempurna, sehingga dengan upaya gigih yang didukung scientific crime investigation diharapkan penyidik dapat segera menemukan pelakunya, agar kasus ini tidak menambah panjang deretan cold case," tegasnya.

Poengky menyangkan sikap Kepolisian yang tidak ada progress report. Menurutnya, pergantian penyidik seharusnya tidak menjadi masalah, karena adanya buku laporan perkembangan kasus, dan sebelum pergantian seharusnya juga ada serah terima penanganan kasus-kasus.

"Kasus ini sejak 2017, viral setiap tahun. Seperti kasus Akseyna yang juga viral. Tapi memang ada kesulitan yang dihadapi penyidik. Jadi viral atau tidak tetap sulit memecahkan kasusnya. Oleh karena itu pengawas penyidikan (wassidik) perlu melakukan evaluasi terhadap penanganan kasus yang dilakukan penyidik dan memberikan masukan-masukan guna kemajuan penanganan kasus," ujarnya.

Seperti diketahui, Tri Ari Yani Puspo Arum (22) ditemukan tewas bersimbah darah di tempat kosnya di Jl Kebon Jeruk Baru RT 8/11 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Tri tercatat sebagai mahasiswi di Universitas Esa Unggul. Arum sapaan korban, ditemukan tak bernyawa sekitar pukul 07.00 WIB pada Senin (9/1/2017). Arum meninggal dengan dua lubang menganga di lehernya.

Mirisnya, sudah hampir memasuki 7 tahun kasus ini belum juga terungkap.

Pria misterius

Kala itu, ibunda mendiang Tri Aryani Puspo Arum (23), yakni Sri Ratna (53) menyatakan anak bungsunya sempat menceritakannya bahwa rumah kos tempat tinggalnya yang lama, dipantau oleh seorang pria misterius.

"Arum pernah cerita di kosan dia yang lama sempat mergoki cowok di dekat motor. Begitu Arum keluar dia kaget dan kabur," kata Ratna di RSCM.

Ayah korban, Kasim Efendi membenarkan hal tersebut, bahkan pria itu diduga telah menukar sparepart motor milik Arum dengan barang bekas.

"Ya mas, jadi dia itu nuker barang bekas apa gitu ke motor Beat anak saya. Begitu saya bawa bengkel itu bukan bawaan dari pabrikannya," kata Hasyim.

Atas dasar itulah, Arum memutuskan untuk pindah ke tempat kos yang baru.

Rumah kos Arum yang lama terletak tak jauh dari yang baru di Jalan H Asmat Ujung, Perumahan Kebon Jeruk Baru, Jakarta Barat.

Sebelumnya di kos yang lama, Arum tinggal ditemani seorang temannya.

Sedangkan di tempat yang baru, Arum hanya tinggal sendirian.

"Kalau yang baru ini dia sendirian. Tadi ada info semalam juga ada pria yang datang ke kos Arum," tutur Hasyim.

Usai dibawa ke RSCM, jasad Tri dibawa ke rumah duka di kawasan Kramat Jati, Jakarta Timur.

Tri Aryani Puspo Arum ditemukan tewas bersimbah darah di rumah kosnya kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB.

Jasad Tri ditemukan oleh pacarnya yang bernama Zainal Abidin.

Tri sempat dibawa ke RS Siloam oleh Zainal, tapi nyawanya tak terselamatkan.

Tri mengalami luka tusuk di bagian leher. Sempat ada suara keributan sebelum Tri ditemukan tewas.

Suara keributan itu terdengar hanya setengah jam sebelum Tri ditemukan tak bernyawa.

Kamar Tri berada di lantai dua. Bagian paling ujung. Kos masih sepi pagi itu.

Penghuni kos lainnya ada yang masih tidur dan setengah terlelap.

Salah satunya seorang warga negara Nigeria bernama Ezeugwu Clivert (31) yang sedang setengah terlelap.

Kamarnya persis bersebelahan dengan kamar korban. Dia terbangun karena pacarnya meneleponnya.

Saat itulah, sekitar pukul 07.17 WIB, Clivert mendengar ada dua suara di dalam kamar korban.

"Satu suara terdengar tinggi dan satu suara lainnya rendah," kata Clivert kepada wartawan, di Polsek Kebon Jeruk.

Dia menyebut suaranya seperti kedua orang yang sedang cekcok. Diakhiri dengan semacam suara rintihan.

Clivert memperkirakan kedua suara itu terdengar seperti sama-sama suara perempuan.

"Tapi saya tak berani memastikan, karena baru setengah terbangun," kata Clivert.

Setelah suara ribut-ribut, barulah Hernita Amalia (21) datang ke kamar korban, sekitar pukul 08.00 WIB.

Hernita ini rekan kerja korban di sebuah perusahaan Air Conditioner (AC). Rumahnya tak jauh dari rumah kos korban.

Sejak pukul 07.00 WIB Hernita masih berkomunikasi dengan korban. Menanyakan soal akan pergi bersama ke tempat kerja atau tidak.

Di jam itu korban menyebut ingin pergi bersama Hernita.

Lantaran tak menjawab lagi saat dikirimi pesan singkat, Hernita pun memilih menyusul ke rumah kos itu.

Di saat yang sama, pacar korban Zainal Abidin juga terus menerus menelepon korban tapi tak dijawab.

Makanya Zainal menghubungi Hernita dan memintanya untuk mengecek. Makanya Hernita pergi menengok rekannya itu.

Clivert menggambarkan Hernita datang, mengetuk pintu kamar, membuka pintu kamar, lalu keluar sambil menelepon dengan panik.

Clivert mengaku melihat itu dari jendela kamarnya dengan cara mengintip.

Setelah itu baru pacar korban Zainal Abidin datang bersama beberapa rekan kerjanya yang lain dengan sebuah mobil.

Kamar Clivert digedor dan dimintai bantuan untuk mengangkat jasad korban.

Korban kemudian diangkat ke mobil dan dibawa pergi ke RS Siloam.

Barang Hilang

Polisi masih menyelidiki kematian Tri Ari Yani Puspo Arum (22), mahasiswi Universitas Esa Unggul yang diduga jadi korban pembunuhan.

Polisi menyebut ada sejumlah barang milik korban yang hilang.

"Ada barang korban yang hilang, kita masih cek apa saja," ujar Kasat Reskrim Polres Jakarta Barat AKBP Eko Hadi Santoso.

Dari informasi yang dihimpun, barang milik Tri Aryani Puspo Arum yang hilang di antaranya telepon seluler, dompet, dan laptop.

Namun polisi belum dapat menyimpulkan Tri Aryani Puspo Arum adalah korban perampokan.

"Kami belum bisa menyimpulkan apakah korban perampokan atau bukan. Bisa saja dia dibunuh, kemudian dibuat seolah-olah dirampok," imbuh Eko.

Polisi saat ini masih memeriksa sejumlah orang sebagai saksi di Polsek Kebon Jeruk. Saksi-saksi itu di antaranya Zainal Abidin, pacar korban yang pertama kali menemukan Tri Aryani Puspo Arum.

"Korban sempat dihubungi pacarnya karena sudah siang belum datang (ke kampus). Terus pacarnya ke kosan korban dan menemukan korban sudah berlumuran darah," jelas Eko.

Saksi lainnya adalah seorang warga negara Nigeria bernama Ezeugwu Clivert (31). Clivert adalah tetangga kos korban

Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Hampir Tujuh Tahun, Kasus Pembunuhan Mahasiswi Unesa Puspo Arum Tak Terungkap, Keluarga Kecewa

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved