Bogor Istimewa
Kabupaten Bogor Istimewa Dan Gemilang

Buron Kasus Vina Cirebon Ditangkap

Perbedaan Ekspresi Pegi dan Saka Tatal Menurut Pakar, Tatapan Mata Perong Kosong: Tidak Dari Hati

Ekspresi Pegi Setiawan alias Perong alias Robi Irawan saat membantah terlibat pembunuhan Vina dan Eky di Cirebon disorot oleh pakar.

Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Vivi Febrianti
Kolase Ist
Ekspresi Pegi Setiawan alias Perong alias Robi Irawan saat membantah terlibat pembunuhan Vina dan Eky di Cirebon disorot oleh pakar. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Ekspresi Pegi Setiawan alias Perong alias Robi Irawan saat membantah terlibat pembunuhan Vina dan Eky di Cirebon disorot oleh pakar.

Pernyataan Pegi saat membela diri di depan publik itu di bandingkan dengan Saka Tatal.

Raut kemarahan dari Saka Tatal disebut jauh lebih terasa di bandingkan Pegi Setiawan.

Sementara Pegi dinilai lebih datar saat mengekspresikan pembelaannya.

Saat rilis di Polda Jabar, Minggu (27/5/2024), Pegi sempat berontak.

Pegi sempat menggelengkan kepala hingga melambaikan tangan ke arah wartawan.

Bantak Otak Pelaku

Bahkan Pegi juga membantah kalau dirinya merupakan otak pelaku pembunuhan Vina dan Eky.

"Saya tidak pernah melakukan itu, saya bukan otak pembunuhan," kata Pegi kepada wartawan yang ada di depannya.

Bahkan Pegi Setiawan juga mengaku dirinya rela mati demi mempertahankan kesaksiannya itu.

"Ini adalah fitnah, saya rela mati," kata Pegi.

Pegi lantas membantah kalau dirinya melakukan pergantian identitas.

Soal nama Robi Irawan yang dikenal orang sekitarnya, Pegi hanya mengaku itu sebagai nama gaulnya saja.

"Tidak (ganti identitas), (Robi) nama panggilan saya, nama gaul saya itu," jelasnya lagi.

Kemudian Pegi pun buru-buru ditarik oleh penyidik.

Bahkan penyidik terlihat berusaha menutup mulut Pegi.

Ekspresi Pegi

Pakar Ekspresi Coach Rheo menyoroti ekspresi Pegi Setiawan.

Ia mengatakan, ekspresi Pegi itu normal ketiga seseorang sedang disudutkan.

Baca juga: Sosok Robi Asli Akhirnya Buka Suara, Ternyata Adik Kandung Pegi, Perong Bohong Soal Nama Gaulnya

"Cara pandang mata, tatapannya kosong, kayak sedang berpikir banget. Kalau geleng kepala, mungkin (kejadian) aslinya gak seperti itu," kata Rheo dikutip dari Youtube Cumicumi, Senin (37/5/2024).

Selain itu, kata dia, tidak menutup kemungkinan kalau reaksi itu juga sebagai bentuk menutupi.

"Misal orangnya sudah terbiasa dengan itu semua, apalagi dia kalau dibilang polisi kan sudah buron 8 tahun, jadi mungkin aja udah ngalamin banyak hal, terus cukup baik dalam menyembunyikan apa yang dia rasakan," jelasnya.

Selain itu, Rheo juga mengatakan bahwa bisa saja reaksi itu merupakan bentuk manipulasi yang dilakukan oleh Pegi.

"Manipulasi bisa saja kalau memang dia sangat ahli dan dia juga mungkin dia concealingnya sangat jago, kalau misalkan dia memang pelaku ya bisa jadi dia akan mencoba menutupi, kan ibaratnya kalau semua maling ngaku penjara penuh, bisa jadi dia berusaha juga menunjukkan untuk dia tidak bersalah, kalau memang pelakunya. Tapi kalau bukan, itu hanya internal dialognya," beber Rheo.

Kemudian saat Pegi melakukan pembelaan dengan menyebut bukan pelaku, Rheo justru membandingkan dengan ekspresi serupa dari Saka Tatal.

"Terakhir dia ngebela diri bilang 'saya rela mati', itu beda yang sama Saka," jelasnya.

Menurut dia, Saka Tatal jauh lebih tegas saat mengungkapkan kemarahannya.

Di mana saat Saka Tatal mengatakan kalau dia 'saya berani disumpah', menurut Rheo sangat terlihat jelas.

"Matanya direct sekali, jelas. Terus cara dia ngomong bener-bener penuh amarah dan merasa terzdolimi sekali," ujarnya.

Pegi tak sungguh-sungguh bela diri

Hal itu menurut Rheo sangat berbeda dengan ekspresi yang diperlihatkan oleh Pegi Setiawan.

Di mana Pegi lebih datar dalam menyampaikan pernyataannya itu.

"Matanya kosong, kayak lurus ke depan, dia kayak nggak lihat mata. Dari situ muncul pertanyaan 'ini beneran gak sih dia bela diri'," jelasnya.

Padahal menurut dia, seharusnya Pegi bisa melakukan pembelaan yang lebih lagi.

Apalagi jika benar Pegi merupakan korban salah tangkap, maka akan membela diri mati-matian.

"Minimal ada rasa kenceng. Tapi ini lebih ke arah kayak (datar), mungkin karena lagi dijagain atau mungkin ada tekanan," ungkapnya.

Padahal menurut Rheo, seharusnya pembelaan ini bisa lebih diperjuangkan lagi oleh Pegi Setiawan.

"Kalau datar bisa jadi karena tekanan, atau jago conseal (menutupi) biar gak ketahuan," katanya.

Ia pun menyorot ekspresi Pegi saat membantah sebagai otak pelaku.

Menurutnya, Pegi secara pikiran mengatakan kalau dirinya bukan pelaku, tapi secara tubuh dia tidak memperjuangkan.

"Gak dari hatinya bener-bener bilang gak bersalah atau bela diri. Pembelaan dirinya itu belum terpancarkan kuat dari dia. Mungkin tekanan juga, karena sempet ditutup biar gak ngomong," pungkasnya.

Ikuti saluran Tribunnews Bogor di WhatsApp:

https://whatsapp.com/channel/0029VaGzALAEAKWCW0r6wK2t

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved