Cerita Pedagang Asongan di Puncak Bogor Kejar Rezeki Pakai Google Maps, Kejar Macet Demi Cuan

Ia memanfaatkan kemacetan di jalur Puncak untuk menjajakan dagangannya kepada pengendara yang sedang menunggu lalu lintas lancar.

Penulis: Muamarrudin Irfani | Editor: Ardhi Sanjaya
TribunnewsBogor.com/Muamaruddin Irfani
PEDAGANG DI GADOG - Yanto (55) pedagang asongan di jalur Puncak Bogor saat dijumpai di Simpang Gadog, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Rabu (29/1/2025). (TribunnewsBogor.com/Muamrrudin Irfani) 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Muamarrudin Irfani

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CIAWI - Kawasan wisata Puncak Bogor sangat terkenal dengan kemacetannya terlebih saat musim liburan tiba.

Di balik banyaknya yang mengeluhkan soal macet, terdapat juga orang-orang yang mendapat rezeki.

Satu di antaranya Yanto, pedagang asongan yang mencari rezeki di tengah antrean kendaraan saat terjebak kemacetan di sepanjang Jalan Raya Puncak.

Dia menjajakan berbagai camilan seperti tahu, telur puyuh, rujak mangga, dan air mineral.

Ia memanfaatkan kemacetan di jalur Puncak untuk menjajakan dagangannya kepada pengendara yang sedang menunggu lalu lintas lancar.

"Kita kan cuma mengandalkan kemacetan doang, kalau engga macet kan jalan lancar, kosong," ujarnya saat dijumpai TribunnewsBogor.com di Simpang Gadog, Rabu (29/1/2025).

Dalam menentukan lokasi berjualan yang ideal, Yanto memanfaatkan kecanggihan teknologi yaitu aplikasi penunjuk arah.

Sebab, di dalam aplikasi tersebut terdapat fitur yang mampu menunjukkan situasi arus lalu lintas dengan akurat.

"Kita cari lokasi yang macet, kan ada maps, ada macet dimana kita kejar," terangnya.

Pria berusia 55 tahun itu mengaku sudah menjalani usaha sebagai pedagang asongan di jalur Puncak Bogor kurang lebih lima tahun.

Selama menjadi pedagang asongan, ia selalu bersyukur atas hasil yang didapatkannya dengan berjualan hingga hari berganti gelap.

Bagaimanapun kondisi cuaca di kawasan Puncak Bogor, Yanto mengaku tak pernah pulang dengan tangan kosong meskipun penghasilannya pas-pasan.

"Pasti dapet cuma bedanya kecil sama besar. Kalau menurut kami besar ya, itu Rp150 ribu, penghasilan pas-pasan, kalau kecilnya Rp30 ribu, Rp20 ribu mah dapet," ungkapnya.

Sementara itu, Yanto mengaku tak ada pilihan lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah seiring bertambahnya usia yang semakin menua.

Di sisi lain, kata dia, ada istri dan tiga anaknya di rumah yang harus terpenuhi kebutuhannya.

"Pengennya sih kerja cuma kalau udah tua begini kan jarang yang make tenaga udah tua, apa boleh buat, mau engga mau harus nyari usaha," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved