Breaking News

Kampanye Literasi Kesehatan, Nutrifood Gelar NutriClass Academy 2025 di Bobocabin Puncak Bogor

NutriClass Academy 2025 ini mengusung tema pentingnya literasi dalam membangun ekosistem pendidikan gaya hidup sehat.

Penulis: Muamarrudin Irfani | Editor: Ardhi Sanjaya
TribunnewsBogor.com/Muamarrudin Irfani
NUTRICLASS ACADEMY - NutriClass Academy 2025 di Bobocabin Gunung Mas, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Rabu (12/2/2025). (Muamarrudin Irfani) 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Muamarrudin Irfani

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CISARUA - Nutrifood menggelar NutriClass Academy 2025 yang diikuti oleh insan media di Bobocabin Gunung Mas, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Rabu (12/2/2025).

NutriClass Academy 2025 ini mengusung tema pentingnya literasi dalam membangun ekosistem pendidikan gaya hidup sehat.

Inisiasi ini dilakukan sebagai kampanye #BatasiGGL atau anjuran untuk membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL).

Kegiatan ini diisi oleh pemateri Founder & CEO VMCS President IABC ID, Elver N. Makki yang memaparkan tentang peran komunikasi strategis dalam mendukung literasi kesehatan masyarakat.

Elver N. Makki mengatakan, jurnalis menjadi garda terdepan memegang peran sentral dalam menyebarkan informasi kesehatan kepada publik.

"Mereka bertindak sebagai penghubung antara ahli kesehatan dan masyarakat," ujarnya, Rabu (12/2/2025).

Menurutnya, jurnalis harus memiliki strategi komunikasi yang efektif untuk membuat konten kesehatan agar menarik minat pembaca.

Elver N. Makki menyebut, yang harus diperhatikan yaitu adalah melakukan verifikasi sehingga penyebaran informasi akurat, penyajian konten menarik, dan dapat mengedukasi publik.

Selain itu, kata dia, pembuat konten juga dapat menghindari kampanye kesehatan dengan isi pemberitaan yang cenderung menakut-nakuti masyarakat.

"Itu dilihat dari permainan kata-kata, kita mau ngeliat gelas itu setengah penuh atau setengah kosong gitu kan, nakut-nakutin sudah pasti cara lama," katanya.

Menurut Elver N. Makki, alasan yang relevan sangat diperlukan dalam mengedukasi masyarkat khsusnya dengan taget gen Z.

Sebab, sambungnya, gen Z akan lebih mudah menerima informasi apabila rasa penasarannya telah terjawab. 

"Gen Z asal mereka sudah terjawab why nya tanpa harus ditakut-takutin mereka akan sadar dan biasanya kalau kayak gitu jangka waktunya lebih lama akhirnya mereka mau mengikuti," katanya.

Kendati demikian, ia pun tak menampik jika pada kenyataannya masih terdapat audiens yang lebih mudah terpengaruh ketika membaca konten yang cenderung menakut-nakuti.

Untuk itu, berbagai cara harus terus dicoba dan membutuhkan konsistensi dalam menentukan formulasi.

"Dalam hal bisnis pun kalau kita mau ngeluarin suatu produk pasti kan ada testingnya, ada surveynya, ada gagalnya, diperbaiki lagi, harus dicoba dimintai feedback, makanya ada monitoring dan evaluasi secara berkala sampai akhirnya ketemu satu kuncinya," katanya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved