PENGAKUAN Warga Sipil Bantu TNI Preteli Amunisi Sebelum Ledakan di Garut, Terkuak Segini Bayarannya

Seorang warga sipil bernama Agus bercerita ke Gubernur Dedi Mulyadi soal profesi membantu TNI memreteli amunisi sebelum ledakan maut di Garut.

Penulis: khairunnisa | Editor: khairunnisa
Facebook Tribun Jabar
LEDAKAN AMUNISI DI GARUT: Tangkapan layar momen seorang warga sipil bernama Agus bercerita ke Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi soal profesi membantu TNI memreteli amunisi sebelum ledakan maut di Garut, Selasa (13/5/2025). 

"Selama ini selongsong-selongsong besinya dikemanain?" tanya Dedi Mulyadi.

"Enggak tahu bapak itu mah, yang penting saya cuma menjinakan," pungkas Agus.

"Bapak diupah sehari Rp150 ribu. Tiap hari itu kerjanya?" tanya Dedi lagi.

"Enggak lama pak, paling lama 15 hari," akui Agus.

"Sebulan (kerja) 15 hari?" tanya Dedi.

"Maksudnya tiap kesatuan, yang sekarang kesatuan dari Jakarta, itunya (kerjanya) 15 hari, kadang enggak sampai 15 hari," jawab Agus.

Terkait dengan keahlian membongkar selongsong peluru, Agus mengaku tak punya bukti sertifikasi.

Pun dengan para pekerja lainnya yang dipekerjakan oleh TNI.

Kendati demikian, Agus membantah ia dan para korban tewas akibat ledakan itu adalah pemulung bekas amunisi yang diledakkan.

"Posisi bapak bukan mulung, bukan berburu besi bekas? bukan berburu selongsong?" tanya Dedi Mulyadi.

"Bukan bapak," pungkas Agus.

"Posisi di situ bekerja, kuli dengan upah sehari Rp150 sampai Rp200 ribu. Yang dapat gaji Rp200 siapa?" tanya Dedi lagi.

"Almarhum pak Iyus, sesepuh," jawab Agus.

Meski begitu, beberapa pekerja yang membantu TNI dalam memreteli amunisi itu juga ada yang bekerja mengumpulkan serpihan peluru yang diledakkan.

Hasilnya pun bakal dijual.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved