Bogor Istimewa
Kabupaten Bogor Istimewa Dan Gemilang

Pemusnahan Amunisi Maut

PESAN Terakhir Kopda Eri Sebelum Tewas dalam Ledakan Amunisi Garut, Ingin Sunat 2 Anaknya Bulan Haji

Prajurit TNI yang jadi korban insiden peledakan amunisi kedaluwarsa di Garut, Kopda Eri Dwi Priambodo, sempat menyampaikan pesan terakhirnya.

Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Vivi Febrianti
Kolase Facebook
LEDAKAN DI GARUT - Prajurit TNI yang jadi korban insiden peledakan amunisi kedaluwarsa di Garut, Kopda Eri Dwi Priambodo, sempat menyampaikan pesan terakhirnya. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Prajurit TNI yang jadi korban insiden peledakan amunisi kedaluwarsa di Garut, Kopda Eri Dwi Priambodo, sempat menyampaikan pesan terakhirnya.

Pesan terakhir Kopda Eri itu terkait kedua anak laki-lakinya.

Eri Dwi Priambodo merupakan prajurit TNI berpangkat kopral dua (Kopda).

Ia jadi satu dari 13 korban tewas dalam insiden ledakan pemusnahan amunisi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (12/5/2025).

Selain Eri, ada tiga anggota TNI lainnya yang juga gugur saat menjalankan tugas itu.

Sementara itu ada sembilan warga sipil yang turut jadi korban meninggal dunia.

Keberadaan warga sipil itu ternyata untuk membantu pemusnahan amunisi kedaluwarsa.

Para warga sipil itu diberi upah Rp 150 ribu per hari, dan diperbolehkan mengambil besi dari amunisi untuk dijual kembali.

Mereka diberi tugas menggali lubang, membuat tenda, membuka amunisi, mengambil air, hingga menyiapkan makan dan minum untuk anggota TNI.

Hal itu rupanya sudah biasa dilakukan oleh warga sekitar di kawasan tersebut.

Saat kejadian itu, Kopda Eri bersama para warga sipil dan anggota TNI lainnya sedang melakukan operasi peledakan amunisi.

Diketahui, sejak tahun 2007, Eri berdinas di Jakarta dengan satuan terakhir di Pusat Amunisi III Pusat Peralatan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat atau TNI AD.

Eri meninggal dunia di usia 36 tahun.

Ia meninggalkan seorang istri dan dua anak laki-laki yang masih berstatus pelajar di sekolah dasar dan pendidikan anak usia dini.

Kepada sang ayah, Rusman, Kopda Eri sempat mengungkapkan keinginan terakhirnya.

Saat itu Eri menghubungi ayahnya melalui video call.

Kopda Eri mengungkapkan keinginannya untuk menyunat kedua anak laki-lakinya pada bulan Juni 2025 mendatang.

"Dia bilang mau nyunatin anak bulan haji nanti. Katanya di daerah Sunda, sunat sudah dilakukan pas anak-anak," ungkap Rusman pada Selasa (13/5/2025), dikutip dari Kompas.com, Rabu (14/5/2025).

Baca juga: Chat Terakhir Mayor CPL Anda Sebelum Tewas dalam Ledakan Amunisi di Garut, Kini Jadi Kenangan

Rusman mengatakan, komunikasi terakhirnya dengan Eri terjadi sekitar 15 hari yang lalu.

Ketika itu, Eri juga menyampaikan rencananya untuk melakukan pemusnahan bom kedaluwarsa di Garut.

Kemudian pada Senin, sang ayah pun mendapat kabar terkait kematian putranya dalam operasi tersebut.

"Kakak iparnya mengabari Eri kena musibah di Garut," cetusnya.

Korban selamat lihat potongan tubuh terbang

lmansyah masih ingat betul detik-detik ledakan pemusnahan amunisi yang merenggut nyawa kakaknya, Yusrizal (48) alias Iyus.

Kejadian kelam itu jadi trauma mendalam bagi Ilmansyah, meski ia selamat.

Pria berusia 26 tahun itu jadi satu dari dua orang yang selamat dari tragedi pemusnahan amunisi kedaluwarsa di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Senin (12/5/2025).

Sebelum tragedi itu, Ilmansyah dan Iyus sama-sama sedang bekerja dalam proses peledakan amunisi.

Sejak pagi hari, keduanya berjibaku membantu anggota TNI menyiapkan berbagai keperluan.

Ilman ingat betul saat itu dirinya diminta tolong untuk mengambul air ke laut.

Ia pun berjalan kaki menujuk ke bibir pantai untuk mengambil air untuk mengisi tandon di lokasi kejadian.

Masih jelas di ingatan Ilman, saat itu dirinya masih melihat sang kakak meski dari kejauhan.

Namun tak pernah ia bayangkan, tiba-tiba terjadi ledakan kencang di lokasi tempat kakaknya berada itu.

"Kakak saya masih terlihat waktu itu, tapi tiba-tiba ada ledakan," kata Ilmasyah dikutip dari Tribun Jabar, Rabu (15/5/2025).

Takut bercampur khawatir, Ilman pun langsung berlarian sambil memanggil-manggil nama kakanya.

"Saya berteriak A Iyus di mana, A Iyus di mana," katanya sambil menangis.

Dengan tubuh gemetar, Iyus menyaksikan beberapa potongan tubuh terbang ke arahnya.

"Saya lihat ke arah pesisir ada tubuh korban, saya jalan aja terus jalan seperti melayang," tuturnya,

Ilman terus berjalan sambil gemetar menuju ke arah tempat parkir mobil.

Ia berniat ingin memastikan bahwa teman-teman yang bekerja dengannya itu masih selamat.

Namun ternyata seluruh petugas dan teman-teman yang bekerja dengannya saat itu ternyata sudah menghilang.

Bahkan kakaknya, juga tidak tampak di lokasi peledakan amunisi tersebut.

Ikuti saluran Tribunnews Bogor di WhatsApp :

https://whatsapp.com/channel/0029VaGzALAEAKWCW0r6wK2t

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved