Jadi Persoalan Serius, Yantie Rachim Tegaskan Pentingnya Edukasi Cegah Pernikahan Anak Usia Dini

Yantie Rachim menyampaikan bahwa pernikahan anak merupakan persoalan serius dengan dampak multidimensi

Editor: Tsaniyah Faidah
Istimewa/Pemkot Bogor
CEGAH PERNIKAHAN ANAK - Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Bogor, Yantie Rachim menegaskan pentingnya edukasi sejak dini kepada keluarga dan remaja untuk mencegah pernikahan anak 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Bogor, Yantie Rachim menegaskan pentingnya edukasi sejak dini kepada keluarga dan remaja untuk mencegah pernikahan anak serta menciptakan generasi muda yang sehat dan berkualitas.

Hal tersebut disampaikannya saat menghadiri kegiatan Kelas Cara Mencegah Pernikahan Anak (Campernik) yang berlangsung di Aula Kantor Kelurahan Baranangsiang, Jalan Baranangsiang, Kota Bogor, Senin (16/6/2025).

Kegiatan ini merupakan bagian dari program unggulan Pokja I TP PKK Kota Bogor yang telah berjalan selama lima tahun terakhir.

Melalui kelas ini, para peserta yang terdiri dari kelompok bina keluarga remaja dan anak diberikan pemahaman menyeluruh mengenai dampak pernikahan anak dan pentingnya kesiapan dalam membangun kehidupan berkeluarga.

Yantie Rachim menyampaikan bahwa pernikahan anak merupakan persoalan serius dengan dampak multidimensi, mulai dari pendidikan, kesehatan hingga masa depan bangsa.

“Anak-anak yang menikah di usia dini pada dasarnya belum memiliki kesiapan fisik, psikologis, dan emosional untuk menjalani kehidupan berumah tangga. Mereka masih dalam masa tumbuh dan berkembang yang seharusnya diisi dengan pendidikan, pembentukan karakter, dan pencarian jati diri,” ujar Yantie Rachim

Ia menambahkan bahwa pernikahan anak memiliki kaitan erat dengan peningkatan angka stunting. Hal ini disebabkan oleh kondisi reproduksi remaja perempuan yang belum matang secara fisik dan mental.

“Alat reproduksinya belum siap, mentalnya pun belum matang. Ketika mereka menjadi orang tua, belum tentu mereka mampu merawat anak-anaknya dengan baik. Ini yang menjadi kekhawatiran kita bersama,” tegasnya.

Melalui Kelas Campernik, Yantie Rachim berharap para orang tua dapat menjadi agen perubahan dalam masyarakat dengan memberikan pemahaman tentang pentingnya kesiapan fisik, mental, dan spiritual dalam membangun rumah tangga. 

Selain itu, program ini juga bertujuan mencetak generasi berencana (genre) yang mampu menyusun masa depan secara matang.

Sementara itu, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Bogor, Anas Rasmana, mengungkapkan bahwa angka kelahiran dan pernikahan anak di Kota Bogor terus menunjukkan penurunan.

“Angka kelahiran pada usia 15-19 tahun di Kota Bogor kini berada di angka 9,3 persen, lebih rendah dari rata-rata nasional yang berada di angka 16 persen. Ini menunjukkan hasil nyata dari berbagai upaya edukasi dan sosialisasi,” jelas Anas.

Ia juga menyampaikan bahwa dalam hal usia ideal menikah, DPPKB Kota Bogor menganjurkan agar perempuan menikah minimal pada usia 21 tahun dan laki-laki pada usia 25 tahun.

Camat Bogor Timur, Feby Darmawan turut menyampaikan bahwa Kelas Campernik ini bertujuan untuk menyosialisasikan dampak terhadap kesejahteraan rumah tangga apabila terjadi pernikahan anak di usia dini.

“Pernikahan anak di usia dini itu membawa dampak yang kurang baik. Kami berharap melalui kelas ini, baik orang tua maupun anak-anak, bisa menyadari pentingnya menikah pada usia yang matang sesuai aturan yang berlaku,” pungkas Feby.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved