Mengenal Kampung Lokapurna di Pamijahan Bogor, Wilayah Veteran TNI yang Kental Unsur Kebudayaan

Usut punya usut, Kampung Lokapurna merupakan kawasan veteran TNI yang berdiri pada tahun 1967.

Penulis: Yudistira Wanne | Editor: Tsaniyah Faidah
TribunnewsBogor/Yudistira Wanne
KAMPUNG LOKAPURNA - Suasana di Kampung Lokapurna Desa Gunungsari Pamijahan, Kabupaten Bogor. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, PAMIJAHAN - Kampung Lokapurna di Desa Gunungsari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, memiliki karakteristik yang mengundang decak kagum wisatawan.

Berjarak 37,5 kilometer dari Kota Bogor, Kampung Lokapurna menyimpan sejarah panjang, keanekaragaman dan kearifan lokal.

Usut punya usut, Kampung Lokapurna merupakan kawasan veteran TNI yang berdiri pada tahun 1967.

Tercatat lokasi tersebut merupakan area pertanian dan peternakan sesuai keputusan Surat Keterangan Kementerian Kehutanan 269 tahun 1987.

Kini sudah 59 tahun Lokapurna berdiri dengan morfologi perbukitan dan pegunungan di bawah kaki Gunung Salak.

Generasi ketiga Kampung Lokapurna, Darul Dinar mengungkapkan arti nama Lokapurna.

“Saya merupakan generasi ketiga, dan kebetulan saya adalah cucunya, penamaan Lokapurna itu dari kakek saya merupakan singkatan dari Lokasi Purnawirawan. Kebetulan kakek saya merupakan seorang veteran,” ujarnya, Senin (14/7/2025).

Berada di ketinggian mulai dari 520 hingga 1350 meter di atas permukaan laut, membuat Kampung Lokapurna sangat sejuk dan damai.

“Perpaduan antara Perkebunan dan Wisata terjalin secara bersama dan membangun ekonomi bagi warga Lokapurna dan bahkan masyarakat sepanjang jalur Ciampea-Cikampak-Cibatok-Lokapurna selama hampir 59 tahun,” kata Darul Dinar.

Puluhan tahun berlalu, infrastruktur terbangun secara organik dari masyarakat lokal sebagai penunjang sarana dan prasarana. 

“Masyarakat tumbuh dan berkembang dalam putaran ekonomi wisata yg berkelanjutan," tegasnya. 

"Lokapurna bukan lagi sebuah desa yang terpencil, tetapi telah menjadi Desa Wisata Mandiri yang maju. Masyarakat lokal mampu menghasilkan putra-putrinya menjadi sarjana dan bekerja di berbagai tempat,” sambung Darul Dinar.

Sementara itu, kesejahteraan dan kemajuan Lokapurna dimulai tahun 1967, dan peranan para veteran membangun perkebunan dan wisata menjadi bukti bagaimana menjaga kekayaan alam yang ada secara berkelanjutan bagi kesejahteraan dan kemajuan masyarakat secara nyata dan mandiri.

“Lokapurna dapat dijadikan model bagaimana membangun kekayaan alam secara berkelanjutan dalam membangun ekonomi lokal sekaligus memajukan peradaban masyarakat lokal menjadi warga Indonesia yang maju dan sejahtera,” paparnya.

KAMPUNG LOKAPURNA -  Suasana di Kampung Lokapurna Desa Gunungsari Pamijahan, Kabupaten Bogor.
KAMPUNG LOKAPURNA - Suasana di Kampung Lokapurna Desa Gunungsari Pamijahan, Kabupaten Bogor. (TribunnewsBogor/Yudistira Wanne)

Kehijauan dan kelestarian tetap terjaga sebagai modal bagi wisata yang menarik untuk dikembangkan. 

Saat ini, Lokapurna sudah berbenah menjadi alternatif jalur wisata Jabodetabek, yang selama puluhan tahun terpusat di Puncak-Ciawi. 

Ini tentu sangat membantu mengurangi kemacetan di jalur Puncak, dan memberikan fungsi layanan kesehatan masyarakat melalui rekreasi sebagai kebutuhan primer.

“Demikian seyogyanya Lokapurna dapat menjadi Kawasan Wisata Baru yang dapat memberikan masukan kepada masyarakat setempat, Pemda setempat, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik secara ekonomi, politik dan sosial,” jelasnya.

Melihat fakta yang ada, kata Darul Dinar, dengan berbagai kekurangan secara perijinan dan tata aturan, saatnya pemerintah daerah memfasilitasi agar Lokapurna mendapatkan legitimasi secara tata peraturan. 

“Pemerintah harus mengakui kemajuan dan peranan Lokapurna bagi kemajuan daerah dan nasional, dan bahkan dapat menjadikannya contoh dalam mengelola kekayaan alam yang menjadi kekayaan nasional dan kekayaan waga masyarakat,” tuturnya.

Kental Kebudayaan

Di sisi lain, warga Kampung Lokapurna diketahui kental merawat kebudayaan.

Dalam merawat budaya, warga kampung tersebut kerap membuat acara yang memadukan alam, seni dan budaya.

Darul Dinar, menegaskan pentingnya membuat kegiatan rutin untuk menyatukan hubungan manusia dengan alam serta menghidupkan kembali warisan tradisi.

“Kami ingin mengajak masyarakat untuk senantiasa menjaga keseimbangan dengan alam dan menghormati tradisi leluhue," bebernya. 

"Selain itu, kegiatan ini menjadi sarana berbagi kebahagiaan dengan anak-anak yatim sekaligus memperkenalkan kembali nilai-nilai luhur budaya, seperti seni pencak silat dan penghormatan kepada alam,” jelasnya.

Darul Dinar, yang juga menjabat sebagai Ketua Divisi Pariwisata Kawasan Gunung Salak Endah, menambahkan bahwa kawasan Lembah Cawene Lokapurna tidak hanya kaya akan keindahan alam, tetapi juga memiliki potensi besar untuk menjadi destinasi wisata budaya.

Menurutnya, keberadaan lokasi yang asri ini diharapkan mampu menarik wisatawan baik dari dalam negeri maupun mancanegara, sekaligus menjadi ruang apresiasi bagi tradisi lokal.

“Tradisi bukan sekadar kenangan masa lalu, tetapi juga fondasi yang kuat untuk membangun masa depan yang lebih baik,” imbuh Darul Dinar.

Ia pun berharap agar acara serupa dapat terus digelar sebagai upaya melestarikan identitas budaya bangsa di tengah derasnya arus modernisasi.

Gelaran ini sekaligus menjadi bukti nyata bahwa nilai-nilai tradisi mampu menjadi pengikat sosial yang kokoh serta inspirasi untuk kehidupan yang harmonis.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved