Polemik Laptop Nadiem

Selamatkan Siswa Dari Gaptek, Pengadaan Laptop Chromebook di SDN Pakansari 04 Bogor Tepat Sasaran

Pengadaan Laptop Chromebook di SDN Pakansari 04 tepat sasaran karena menjadi ajang untuk memberikan pemahaman tentang teknologi kepada pelajar.

|
Penulis: Muamarrudin Irfani | Editor: khairunnisa
TribunnewsBogor.com
BANTUAN LAPTOP CHROMEBOOK: SDN Pakansari 04, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor salah satu satuan pendidikan yang mendapat bantuan Laptop Chromebook dari Kemendikbud, Kamis (17/7/2025). 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Muamarrudin Irfani

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CIBINONG - Siswa dan guru SDN Pakansari 04 menyambut baik bantuan laptop Chromebook dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan ( Kemendikbud).

Sekolah yang berada di wilayah Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor itu memanfaatkan laptop Chromebook sebagai ekstrakulikuler.

Sebab, para siswa di sekolah tersebut sebagian besar belum mengetahui cara penggunaan dan fungsi dari laptop.

Guru SDN Pakansari 04, Dian Permatasari mengungkapkan, pada suatu momen pihak sekolah bertanya kepada siswa untuk mengetahui berapa orang yang memiliki laptop.

Namun fakta yang didapat cukup mengejutkan karena ternyata dari banyaknya siswa hanya satu orang yang memiliki laptop di rumah.

"Kenapa sih harus ada ekstrakuliguler di sekolah? Karena dari seluruh siswa yang ada waktu itu kelas 4, 5, 6 yang punya laptop hanya satu orang," ujarnya kepada TribunnewsBogor.com, Kamis (17/7/2025).

Bahkan, kata dia, selain tidak memiliki laptop di rumah terdapat pula siswa yang tidak mengetahui bentuk dari laptop itu sendiri.

Sehingga dengan adanya bantuan Laptop Chromebook ini menjadi momentum untuk memperkenalkannya kepada siswa.

Baca juga: Pengadaan Laptop Chromebook Kemendikbud Jadi Penyelamat SDN Pakansari 04 Bogor, Ini Alasannya

Dalam ekstrakulikuler yang diselenggarakan tiap Jumat, pengajar memperkenalkan satu-persatu komponen yang ada pada teknologi tersebut.

Para Guru menjelaskan mulai dari bentuk dan kegunan mouse, trackpad laptop, monitor, hingga keyboard.

"Kami harus ngajarin dasarnya seperti itu, karena benar-benar dia nggak tau, di rumahnya nggak ada yang bentuknya kayak gitu. Saat ngajarin pun dia bilang, ini tivi bilangnya bukan laptop atau Chromebook. Jadi benar-benar ngajarin dari dasar," ungkapnya.

Meski berada di tengah area perkotaan, sekolah penggerak tersebut rata-rata berasal dari ekonomi keluarga yang kurang mampu.

Sekolah yang berada di ujung gang tersebut memiliki total siswa 100 orang yang berasal dari satu wilayah RT setempat.

Sementara itu, para orang tua murid rata-rata berprofesi sebagai pedagang di sekitar Stadion Pakansari.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved