Cara Dedi Mulyadi Hadapi Problem Gen Z yang Makin Rumit, Siapkan Solusi Bantu Guru BK di Sekolah

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan bahwa permasalahan remaja sekarang ini yang rata-rata gent.

Editor: Naufal Fauzy
TikTok @DediMulyadiOfficial
KEBIJAKAN DEDI MULYADI - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan bahwa permasalahan remaja sekarang ini yang rata-rata dari kalangan gen z sudah bersifat rumit. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan bahwa permasalahan remaja sekarang ini yang rata-rata dari kalangan gen Z sudah bersifat rumit.

Kerumitan yang dimaksud Kang Dedi Mulyadi (KDM) ini adalah berkaitan dengan psikologi mereka.

Maka dari itu, untuk mengatasi hal ini dia berencana akan menurunkan psikolog profesional ke berbagai satuan pendidikan.

Ini juga bagian dari penanganan fenomena kenalakan remaja yang menurutnya makin kompleks.

Ini merupakan bentuk respons atas kegelisahan terhadap perilaku generasi muda Jabar yang kian mengkhawatirkan.

"Ada aspek yang bersifat kompleks, yang menurut saya itu psikologis yang dialami oleh Gen Z hari ini," ucap KDM di Gedung DPRD Jabar, Kota Bandung, Sabtu (19/7/2025).

"Sehingga investigasinya perlu melibatkan psikolog agar kita mengetahui masalah itu secara terbuka. Supaya tidak menjadi problem di kemudian hari," imbuhnya.

Sebagai bentuk konkret dari kebijakan tersebut, pemerintah provinsi merancang kebijakan penempatan minimal satu psikolog profesional di setiap sekolah.

Tujuannya adalah untuk memperkuat peran layanan konseling yang selama ini ditangani oleh guru Bimbingan Konseling (BK), namun dinilai sudah tak cukup lagi menghadapi persoalan murid saat ini.

"Hari ini menurut saya sudah semestinya. Saya akan mengajak pula Bupati/Wali Kota. Sudah semestinya di setiap sekolah ada psikolog, terutama SMA dan SMP karena tak mungkin lagi Guru BK. Problemnya sudah akut," tegasnya.

Lebih jauh, KDM membeberkan berbagai faktor yang memicu kemerosotan nilai-nilai moral di kalangan pelajar masa kini.

Menurutnya, arus informasi yang deras di era digital menjadi salah satu pemicu utama yang mengganggu perkembangan psikososial anak-anak, terutama generasi Z.

Ia menilai bahwa berbagai perubahan gaya hidup dan lingkungan membuat anak-anak kini tumbuh dalam kondisi yang jauh berbeda dibanding generasi sebelumnya.

Mulai dari kecenderungan pasif secara fisik karena kurangnya aktivitas motorik, konsumsi makanan cepat saji yang makin umum, hingga situasi lingkungan hidup yang makin sempit dan tak sehat secara ekologis.

Tak hanya itu, ruang kedekatan antara anak dan orang tua pun ikut menyempit, berbanding terbalik dengan akses ke media sosial yang begitu luas dan tanpa batas, sehingga memperbesar peluang anak-anak terpengaruh oleh konten-konten yang negatif.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved