Prabowo Sebut Indonesia Bubar Tahun 2030, Jokowi Tanggapi Dengan Tawa, Jusuf Kalla Bilang Itu Fiksi

Penulis: khairunnisa
Editor: khairunnisa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Meski demikian, menurut Kalla ramalan tersebut bisa saja terjadi.

Jika persatuan dan kesatuan Indonesia tak dijaga.

"Apabila kita tidak betul-betul menjaga persatuan bisa saja terjadi seperti di Balkan, di Rusia, Uni Soviet. Itu sering terjadi, perpecahan," ungkap Kalla.
Apalagi, kata dia, sudah banyak contoh di luar negeri terjadi perpecahan dan perang antar saudara dalam suatu negara.

"Karena hal itu (perpecahan) terjadi di banyak negara dan alhamdullilah kita enggak," terang dia.

Karenanya Kalla mengingatkan segenap warga bangsa untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Karena itulah saya beri peringatan untuk tetap bersatu dan menjaga persatuan," tegas Kalla.

Mengenai pemberitaan yang luas beredar Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menegaskan, pernyataannya soal Indonesia tidak ada lagi tahun 2030 didasarkan pada scenario writing pihak asing.

"Jadi di luar negeri itu ada scenario writing, yang nulis itu ahli-ahli intelijen strategis. Dibuka dong, baca dong," ujar Prabowo di Hotel Millenium, Jakarta, Kamis (22/3/2018).

Prabowo ingin menyampaikan skenario tersebut sebagai sebuah peringatan bagi Pemerintah Indonesia untuk tidak menganggap enteng berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat Indonesia.

Persoalan tersebut antara lain kemiskinan, kesenjangan ekonomi, penguasaan sumber daya, hingga persoalan lingkungan.

Lebih lanjut ia mengatakan, masih banyak pihak asing yang hingga kini berusaha mengganggu kedaulatan Indonesia, seperti pada masa penjajahan di masa lalu.

"Sesudah perang kemerdekaan mereka tetap Indonesia mau dipecah dari dulu selalu. Nah ini sekarang masih ada tulisan seperti itu bahwa Indonesia ini oleh ahli masih dianggap tahun 2030 sudah tidak ada lagi," ujarnya.

Ia mengatakan, Pemerintah Indonesia jangan terlalu lugu akan ancaman pihak luar terhadap kedaulatan Indonesia.

Sebab, berbagai kekayaan manusia, sumber daya alam, hingga kebudayaan menjadi sasaran perebutan pihak asing.

"Bahwa banyak iri sama kita banyak yang tidak punya sumber daya alam jadi mereka inginnya menjadi kaya dari kita, kita disuruh miskin terus jadi ini fenomena ya," kata dia.

Meskipun demikian, ia mempersilakan jika berbagai pihak tak memercayai apa yang ia sampaikan.

Ia menilai, hal itu merupakan kewajiban sebagai warga negara untuk mengingatkan negara akan potensi ancaman tertentu.

"Kalau enggak percaya sama saya dan enggak mau dengar ya enggak apa-apa. Kewajiban saya sebagai anak bangsa saya harus bicara kalau melihat suatu bahaya ya," ungkapnya.

Berita Terkini