"Hasil kami menunjukkan bahwa kita harus melakukan skrining untuk OSA pada orang tua," ungkap Profesor Sharon Naismith, pemimpin penelitian ini dikutip dari The Independent, Kamis (05/07/2018).
"Kami juga harus meminta pasien lebih tua untuk mengikuti perawatan tidur terkait dengan kemampuan ingatan dan berpikir mereka, serta melakukan tes jika perlu," imbuhnya.
OSA merupakan suatu kondisi di mana tenggorokan menjadi rileks dan menyempit saat tidur.
Hal ini memoting titik pernapasan seseorang sehingga menimbulkan suara dengkuran.
Selain penyusutan lobus temporal, para peneliti juga melihat peningkatan ketebalan di daerah lain di otak.
• Kakak Dhawiya Ungkap Konflik Keluarga Hingga Perubahan Sikap Elvi Sukaesih : Umi Bukan Umi
Kemungkinan hal tersebut merupakan pembengkakan atau tanda peradangan terkait oksigen.
Profesor Naimsmith dan timnya kini tengan mencari cara mengobati OSA.
"Tidak ada obat untuk demensia sehingga intervensi awal adalah kunci," ujarnya.
"Di sisi lain, kami memiliki pengobatan efektif untuk OSA. Penelitian ini menunjukkan bahwa mendiagnosis dan mengobati OSA bisa jadi peluang untuk mencegah penurunan kognitif sebelum penyakit ini sangat terlambat," sambungnya.
Sebanyak 50 persen dari risiko demensia dianggap karena faktor gaya hidup yang dapat dicegah.
Beberapa hal itu di antaranya merokok, obesitas, tekanan darah tinggi dan gangguan tidur.
"Hal ini menambah bukti bahwa OSA juga terkait dengan demensia dan menunjukkan mekanisme yang mungkin untuk hubungan tersebut," kata Profesor Andrea Aliverti, profesor bioteknologi di Politecnico di Milano, Italia yang tidak terlibat penelitian ini.
• Verrel Bramasta Bongkar Sejak Kapan Dirinya Naksir Wilona, Waktu Itu Kamu Masih Punya Pacar
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Temuan Baru: Ngorok Bikin Orang Pikun",