"Padahal hari Kamis 19 Sepetember kawan-kawan yang aksi ini pernah membuat kesepakatan dengan sekjen DPR, Nah inilah yang ingin saya sampaikan, kok sering banget bohong?," tanya Atiatul Muqtadir.
Kemudian ia pun menyampaikan, bahwasanya gerakan mahasiswa ini turun bukan karena ditunggangi tapi karena kegelisahan.
"Dan kita turun sebagai gerakan moral dan gerakan intelektual, Jadi saya ingin sampaikan kita tidak ditunggangi pihak manapun," katanya.
Ia juga menegaskan bahwa Mahasiswa tidak bicara tolak-tolak sekarang saja, tapi ingin ke depannya bagaimana peraturan perundang-undangan itu dapat dalam dunia demokrasi kita memang dibahas sehingga menghasilkan hukum yang responsif bukan represif.
"Kenapa? karena hukum yang represif akan menghasilkan suatu jurang di dalam sistem sosial antara kehendak pemerintah dan rakyatnya, dan ini sangat berbahaya sehingga mosi tidak percaya yang dihadirkan di Gejayan Memanggi, Bengawan Melawan, ataupun daerah-daerah lainnya itu jangan dipandang sebagai hal biasa, itu adalah kegelisahan publik, bahwasanya hari ini negara tidak sedang baik-baik saja dan tidak dikelola dengan prinsip-prinsip yang demokratis," kata dia.
• Perdebatan Dian Sastrowardoyo Vs Menteri Yasonna, Bahas soal Pasal Kontroversi di RKUHP
• Yasonna Ngaku Punya Bukti Fakta Lain Demo Mahasiswa di DPR, Ketua BEM UI yang Viral Tak Bisa Ngelak
• Yasonna Akui Malu Dengar Argumen Mahasiswa soal RKUHP, Haris Azhar Bela : Kalau Tadi Bapak Ikut Demo
Kemudian ia juga memberikan kalimat yang cukup menyentil para elite dan membuat Yasonna Laoly mengerutkan dahi.
"RUU yang dibahas secara tergesa-gesa, dikebut di akhir periode, ini adalah sebuah kejanggalan. Dan dalam membaca kejanggalan itu hanya ada dua alasan, yang pertama ketidak tahuan atau bahasa lebih halusnya kebodohan, atau ada kepentingan. Kejanggalan itu cuma dua, ya kalau nggak tidak tahu ya ada kepentingan, dan mungkin tadi pertanyaannya, ini apa sih kepentingan dari anggota dewan dan elite politik hari ini," tutupnya.