Imam Sholat Meninggal

Mahasiswa yang Tewas Saat Jadi Imam Sholat Isya Simpan Rahasia, Ayah Haru Dengar Kesaksian Pelayat

Penulis: Sanjaya Ardhi
Editor: Soewidia Henaldi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Musala di Pesantren Ilmu Giri, lokasi dimana mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, M Sirajul Milal jatuh terperosok ke dasar sumur dan meninggal dunia. Kejadian ini terjadi saat korban menjalankan salat isya pada Sabtu (30/11/2019) malam. (

"Dia nge-share, ini kayaknya kenal. Ini anak saya, saya bilang. Di-share kabarnya ke saya," kata Dede.

Mahasiswa UIN Tewas di Sumur Saat Jadi Imam Sholat Isya, Terperosok Ketika Sujud Rakaat Ketiga

Ayah almarhum Muhammad Sirajul Milal, Dede Setiadi (47) saat ditemui TribunnewsBogor.com di kediamannya di Gunungputri, Kabupaten Bogor. (TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy)

Dede mengaku lebih kaget lagi ketika mendengar cerita tentang sosok almarhum yang tak diketahuinya semasa hidup.

Cerita itu ia dengar dari para pelayat yang datang saat almarhum dikebumikan pada Minggu (1/12/2019) tak jauh dari rumahnya di Gunungputri.

Dede menjelaskan bahwa anak pertama dari dua bersaudara itu jarang menjadi imam di kampungnya sendiri di Bogor.

Termasuk enggan saat disuruh untuk memberikan kultum atau tausiyah.

"Kalau pulang disini di mesjid disuruh imamin, gak mau. Jul, ayo imamin, siapa yang nerusin papa nanti ?, Ah gak berani, katanya. Kalau disuruh kultum di sini juga gak mau, gemeteran katanya, suka grogi.

Tetapi sudah meninggal, orang-orang cerita bahwa dia sering ngimamin dimana-mana, suka ngasih tausyah. Saya kaget sama sekali, masya Allah. Ternyata anak saya ada kegiatan soleh yang saya tidak tahu dari dia, dia nutupin dari saya. Saya tahunya dari pelayat-pelayat itu," ungkap Dede.

Dede pun mengaku bahwa saat itu perasaannya campur aduk antara rasa sedih tapi juga bangga.

Sebab anaknya itu ia yakini meninggal dalam keadaan syahid yakni saat mendirikan salat.

Muhammad Sirajul Milal alias Ijul (22), (kanan) mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, meninggal dunia saat menjadi imam shalat. (TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy)

"Sedih, bangga pokoknya campur aduk. Cuman kalau melihat fotonya, barang-barang dia, suka sedih lagi. Wajar lah manusiawi ya, yang penting kita harus sadar memang itu takdirnya di situ, meninggal saat melaksanakan salat, saat bersuci. Itu cukup bagi saya menyatakan anak saya syahid menurut Islam. Saya aja akhir hayat saya belum tentu bisa begitu," kata Dede.

Dengan mata berkaca-kaca, Dede menceritakan bahwa saat kepulangan anaknya itu, kain kafan sempat sedikit dibuka sebelum dikebumikan pada Minggu (1/12/2019).

Dia mengaku bahwa jasad anak pertama dari dua bersaudara itu sama sekali tidak menyebarkan bau saat dicium.

Dede juga mengaku begitu terharu ketika melihat wajah putranya untuk yang terakhir kalinya itu.

"Kemarin dibawa ke sini. Sama kakeknya dibuka kain kafannya. Darahnya masih ada, darahnya gak bau. Saya cium gak bau. Saya terharu lagi, senyum dia posisinya. Itu yang membuat saya terharu," kata Dede Setiadi saat ditemui TribunnewsBogor.com di kediamannya, Senin (2/12/2019).

Dede mengaku bahwa saat itu perasaannya campur aduk antara rasa sedih tapi juga bangga.

Halaman
1234

Berita Terkini