Meski begitu, kelelawar tetap menjadi yang utama dan sangat mungkin untuk virus corona.
Akan tetapi hasil penelitian ini belum ditinjau mau pun diterbitkan dalam jurnal ilmiah.
Menurut Direktur Pusat Lapangan Danau Girang Sabah, Dr. Benoit Goosens, penyakit zoonosis seperti virus corona dan ebola akan semakin banyak ketika manusia merambah (mengonsumsi) habitat liar.
Konsumsi satwa liar dinilai Dr. Goosens sebagai kontribusi terhadap munculnya penyakit zoonosis.
"Tentu saja, dan tidak hanya trenggiling," ungkap Dr. Goosens.
Tidak hanya virus corona yang diperkirakan berasal dari konsumsi tehadap satwa liar. Beberapa wabah global sebelumnya juga berasal dari konsumsi hewan liar.
Wabah itu di antaranya adalah sindrom pernapasan akut yang parah (SARS) dengan tingkat kematian 50 persen tergantung pada kelompok umur dan corona virus sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS-CoV) yang membunuh lebih dari 37 persen orang yang terinfeksi.
Virus nipah yang menyerang peternak babi di Negri Sembilan pada 1990-an dan membunuh sekitar 50 sampai 70 persen orang yang terinfeksi juga merupakan virus yang bernama paramyxovirus yang ditampung oleh kelelawar buah.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penelitian di China Sebut Trenggiling Inang Perantara Virus Corona", .
Penulis : Miranti Kencana Wirawan
Editor : Miranti Kencana Wirawan