Teror Virus Corona

Kabar Gembira ! Ilmuwan Temukan Obat yang Bisa Sembuhkan Pasien Covid-19, Nama Obatnya Dexamethasone

Editor: Yuyun Hikmatul Uyun
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dexamethasone, disebut ilmuwan sebagai obat yang bisa sembuhkan pasien Covid-19

Hasil uji coba ini sangat menjanjikan.

Pasalnya, sekitar 40 persen pasien Covid-19 yang menggunakan ventilator berakhir meninggal karena seringkali respons inflamasi tubuh yang tidak terkendali terhadap virus.

Sementara itu, angka kematian pasien dengan ventilator yang diberi dexamethasone turun menjadi kurang dari 30 persen.

"Ini adalah terobosan besar. Dexamethasone adalah obat pertama dan satu-satunya yang menunjukkan perbedaan signifikan terhadap kematian pasien Covid-19," kata Nick Cammack, pemimpin pemercepat terapeutik Covid-19 di badan amal kesehatan Wellcome Trust.

"Obat ini berpotensi mencegah satu kematian pada delapan pasien yang bernapas dibantu ventilator," imbuh dia.

Kendati demikian, percobaan menunjukkan bahwa dexamethasone tidak efektif dalam merawat pasien Covid-19 dengan kasus ringan. 

• Kronologi Suami Tuntut Perusahaan Kondom Karena Sang Istri Hamil Lagi, Bayinya Diaborsi

Obat yang pernah diuji untuk Covid-19

Sejumlah obat telah diuji coba sebagai pengobatan terhadap Covid-19.

Uji coba obat anti-arthritis hydroxychloroquine dihentikan setelah sebuah studi yang terbit di jurnal medis The Lancet menyatakan bahwa obat ini tidak memberi manfaat untuk pasien Covid-19 dan justru meningkatkan risiko kematian.

Studi itu memang ditarik lagi karena inkonsistensi data.

Namun studi lain terkait hydroxychloroquin menyimpulkan hal yang sama.

Selain itu ada remdesivir.

Temuan pada bulan April menunjukkan obat ini tidak memberi manfaat klinis yang signifikan untuk pasien Covid-19.

Menurut Stephen Griffin, profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Leeds mengatakan, fakta bahwa ada obat dengan harga terjangkau yang memberi manfaat untuk pengobatan Covid-19 dengan kasus parah adalah hal yang sangat penting.

"Ada (sekarang) ruang lingkup realistis untuk lebih meningkatkan manajemen klinis penyakit yang menghancurkan ini," kata Griffin, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Halaman
123

Berita Terkini