TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Adanya spekulasi di masyarakat yang mengatakan editor Metro TV Yodi Prabowo tewas bunuh diri disesalkan oleh pihak keluarga.
Pihak keluarga pun meminta polisi mengungkap pelaku yang menyebabkan Yodi Prabowo tewas.
"Kesel banget saya kalau ada yang bilang bunuh diri. Keenakan yang bunuh nanti," ujar ibunda Yodi Prabowo, Turinah saat ditemui di rumahnya di bilangan Rempoa, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Kamis (23/7/2020), dilansir dari Kompas.com.
Ia tak habis pikir dengan adanya dugaan Yodi Prabowo tewas bunuh diri.
Sebagai ibu, Turinah yakin putranya tewas karena dibunuh setelah mengetahui luka tusuk di tubuh anaknya.
"Saya juga kesel jadinya dibilang bunuh diri. Cuma gara-gara ada sidik jarinya di pisau. Masa bunuh diri tusukannya banyak gitu," ujar Turinah.
Fakta tentang sidik jari Yodi Prabowo di pisau yang ditemukan di sekitar mayat Yodi Prabowo berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium forensik.
Fakta tersebut membuat publik berspekulasi tentang dugaan penyebab kematian Yodi Prabowo karena bunuh diri.
"Saya gregetan dengan indikasi bunuh diri. Jangan mentang-mentang ada sidik jari di pisau," ujarnya.
Tak hanya itu, ia juga mengaku bingung dengan berubah-ubahnya tentang fakta hasil otopsi mayat Yodi Prabowo.
• Yodi Prabowo Sempat Cuti dan Bertemu Perempuan Lain di Kafe Sebelum Wafat, Ibu: Pacarnya Diputusin
• Ibu Yodi Prabowo Ungkap Sosok Perempuan yang Menyukai Putranya Tapi Ditolak: Orangnya Agresif Banget
Polisi dalam perjalanannya mengklarifikasi pernyataan terkait dugaan penganiayaan yang berakibat luka lebam di tubuh Yodi Prabowo.
"Makin ke sini, makin ke sini katanya ngga ada luka lebam. Lebam (karena sudah jadi) mayat. Jadi kan indikasinya bunuh diri ya. Masa bunuh diri, kok luka tusukannya dua," kata Turinah.
Ia pun meminta pihak kepolisian untuk mengungkapkan fakta kematian Yodi Prabowo.
Jika Yodi Prabowo dibunuh, lanjutnya, maka polisi harus menyebutkan dibunuh.
Sebelumnya, polisi mengungkapkan hasil laboratorium forensik (labfor) terhadap pisau yang ditemukan terkait tewasnya Yodi menunjukkan adanya sidik jari Yodi Prabowo pada pisau.
"Sementara ini sidik yang ditemukan (hasil labfor) adalah sidik jari korban dan juga DNA si korban sendiri," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus kepada wartawan, Selasa (21/7/2020).
Namun, kata Yusri Yunus, fakta tersebut masih didalami oleh tim Labfor Polri.
Beberapa waktu lalu, polisi juga sempat menyebutkan ada dugaan Yodi bunuh diri.
Namun, pihak kepolisian masih mendalami petunjuk-petunjuk dalam rangka proses pembuktian kasus tewasnya Yodi Prabowo.
• Sikap Pria Berkacamata saat Diperiksa Disorot, Polisi Janji Ungkap Kematian Yodi Prabowo 2 Hari Lagi
• Cerita Saksi soal Pria Kacamata di Malam Tewasnya Yodi Prabowo, Yakin Gara-gara Lihat Tangan Kirinya
Saat ditanya apakah ada indikasi Yodi Prabowo bunuh diri, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus menyampaikan pihaknya belum berani menyimpulkan kasus tersebut.
Sebaliknya, penyidik masih terus mencari petunjuk lain terkait misteri kematian Yodi Prabowo.
"Belum bisa disimpulkan ke sana (bunuh diri)," kata Yusri di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (21/7/2020).
Kata Pakar
Kematian Editor Metro TV Yodi Prabowo hingga kini masih misteri.
Meski awalnya pihak Polda Metro Jaya menduga Yodi Prabowo tewas dibunuh, namun belakangan motif bergeser ke bunuh diri.
Hal itu berdasarkan hasil sidik jari dan DNA di pisau dapur yang ditemukan di dekat jasad di pinggir Tol JORR Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
Meskipun terkait hal itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan polisi belum menyimpulkan sampai sejauh itu.
Terkait hal itu, Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel mengatakan ada beberapa kalimat atau pernyataan seseorang yang merupakan pertanda Suicidal Ideation atau pemikiran tentang bunuh diri.
Ia mencontohkan, misalnya pernyataan "Kalau nanti aku enggak ada, kamu sedih enggak?"
• Kekasih Yodi Prabowo Bereaksi saat Lihat Video Pria Berkacamata, Sikap Aneh Suci Jadi Sorotan Saksi
• Jelang Olah TKP Pembunuhan Editor Metro TV, Kekasih Yodi Prabowo Beri Pengakuan Ini pada Warga
"Orang awam barangkali menganggap sepele perkataan semacam itu. Tapi dari perspektif psikologi, kalimat tersebut merupakan pertanda suicidal ideation atau pemikiran tentang bunuh diri," kata Reza, kepada Warta Kota, Rabu (22/7/2020).
Pemikiran semacam ini katanya sama sekali tidak boleh dianggap enteng.
"WHO, misalnya, menyimpulkan bahwa sekitar 60 persen transisi dari pemikiran tentang bunuh diri ke rencana bunuh diri lalu berlanjut ke langkah bunuh diri, berlangsung dalam kurun 12 bulan sejak pemikiran itu muncul untuk pertama kalinya," papar Reza.
Cepatnya proses transisi itu, menurut Reza, mengirim pesan bahwa masyarakat harus lebih serius menyikapi perkataan tentang bunuh diri yang dikemukakan siapapun.
"Seperti otoritas penerbangan yang tidak menoleransi ucapan 'bom'. Siapa pun juga perlu menyemangati orang-orang dengan suicidal ideation untuk selekasnya mencari bantuan medis dan psikis," kata Reza.
Masyarakat yang lebih paham pentingnya keseriusan menyikapi suicidal ideation katanya akan menjadi protective factor bagi tercegahnya aksi bunuh diri.
"Dikaitkan ke kasus editor media, kita tentu berduka atas kejadian dimaksud. Tinggal lagi investigasi polisi, seberapa jauh suicidal ideation akan dicermati sebagai salah satu arah penyelidikan guna mengungkap kasus meninggalnya sang editor," kata Reza.
Diberitakan sebelumnya, jenazah Yodi ditemukan di pinggir Tol JORR Pesanggrahan, Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta pada Jumat lalu pukul 11.30 WIB oleh tiga anak kecil yang bermain layangan.
Di tempat kejadian perkara, polisi menemukan dompet berisi KTP, NPWP, kartu ATM, motor Honda Beat warna putih bernomor B 6750 WHC, tiga STNK, uang sebesar Rp 40.000, helm, jaket, dan tas milik korban.
Pada jenazah Yodi terdapat luka tusuk.
Di dekat jenazahnya ditemukan juga sebilah pisau.