"Berapa aja," jawab Nenek Iro.
"Kalau nenek mah gitu kalau ditanya, gak pernah bilang nominal dari dulu," kata Baim Wong.
Setelah berbincang banyak soal topik lain, Baim Wong kembali membahas soal keperluan Nenek Iroh di Tegal.
"Buat keperluan buat apa bisa nya sekarang, paling makan, pampers ?" kata Baim Wong.
"Pampers mah kemarin dikirimin sama nyonya Anya, yang dipengenin mah roti unyil di sini gak ada," kata Nenek Iro.
Sebelum pulang Baim Wong kembali menanykan apa yang diinginkan Nenek Iroh.
"Nenek mau apa sebelum kuta pulang ?" tanya Baim Wong.
Rupanya Nenek Iroh ingin membeli sebuah rumah.
"Nanti aja Insallah tuh di depan rumah kita ada rumah mau dijual," kata Nenek Iro.
"Yang dimana ?" tanya Baim Wong.
"Yang di lapangan," kata Nenek Iroh.
"Yang tadi kita parkir ?" timpal Paula Verhoeven.
"Itu yang kosong di lapangan, kan rumah kosong pengennya pengen punya nenek," terang adik kandung Nenek Iroh.
Baim Wong lalu menanyakan harga rumah tersebut.
"Berapa itu nek ?" tanya Baim Wong.
"200 kali dapat, Rp 200 juta," kata Nenek Iroh.
Mendengar nominal tersebut, Baim Wong hanya tersenyum.
"Buat apa rumah lagi nanti yang jagain siapa ?" kata Baim Wong.
"Kita ngandang sendiri terus nanti kita jualan," kata Nenek Iro ke Baim Wong dan Paula Verhoeven.