Menurut sang psikiater, ada faktor internal dan ekternal mengapa tersangka ini bisa nekat mutilasi korbannya.
"Mutilasi ini banyak faktor mempengaruhi. Kembali lagi ke internal individu orangnya ataupun faktor ekstenal.
Kalau faktor internal kita lihat kepribadian orangnya, ada gangguan jiwa atau tidak, nilai-nilai yang dianut.
Kalau faktor eksternal itu seperti kondisi sosial ekonomi atau sedang berdekatan dengan senjata tertentu," papar sang psikiater, dilansir TribunnewsBogor.com dari Youtube Tagar.id, Selasa (22/9/2020).
"Demikian juga pola asuh keluarga, terus nilai-nilai agama yang ditanamkan sejak orang ini dibesarkan akan sangat berpotensi mendorong atau mengerem waktu kita punya pikiran melakukan tindakan kekerasan tertentu," tambahnya.
Lantas, ketika ditanya apakah Fajri dan Laeli Atik memiliki gangguan jiwa karena melakukan mutilasi, sang psikiater menganalisa lebih lanjut.
Menurut sang psikiater, mutilasi ini ada berbagai macam, mulai dari mutilasi defensif, ofensif, agresif.
• Demi Fajri, Laeli Atik Nekat Bunuh HRD Rinaldi Meski Pintar, Pakar: Akal Sehat Hilang Karena Bucin
Akan tetapi, dari kasus mutilasi HRD Rinaldi, jenis mutilasinya adalah defensif.
"Dalam kasus ini mutilasi defensif, jadi motifnya itu bertujuan untuk menghilangkan barang bukti.
Orang kita bunuh, daripada ketahuan mending potong-potong terus disebar deh," ujar psikiater.
Setelah mengetahui jenis mutilasinya, sang psikiater pun baru bisa mengenalisa soal dugaan adanya gangguan jiwa dari pelaku.
Menurutnya, orang dengan gangguan jiwa ini jarang bisa membunuh.
"Tidak semua orang gangguan jiwa itu bisa membunuh. Dari penelitian, cuma 20-30 % dri gangguan jiwa (membunuh). Justru lebih banyak dilakukan itu orang normal," tuturnya.
• Laeli Atik Bunuh HRD Rinaldi & Bobol Rp 97 Juta, Ibu Ungkap Putrinya Berubah: Kayak Diperalat Fajri
Sementara itu, faktor pemicu mutilasi disebutkan sang psikiater banyak dilakukan oleh orang pengangguran.
Selain pengangguran, orang yang memiliki gangguan kepribadian pun rentan untuk melakukan mutilasi.