TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Aksi Dani dan Masitoh yang mengaku mudik jalan kaki dari Gombong ke Bandung akhirnya terbongkar.
Dani dan Masitoh ternyata berbohong mudik jalan kaki dari Gombong ke Bandung.
Adik hingga ibu Dani pun buka suara soal perilaku asli suami Masitoh.
Dani dan Masitoh sebelumnya viral.
Dani dan Masitoh membawa dua anaknya mengaku pulang jalan kaki dari Gomong, Jawa Tengah ke Bandung, Jawa Barat.
Dani mengaku kena PHK di tempat kerjanya.
Tetanngga ibu Dani, Ujang mengatakan pasang suami istri tersebut memang sering kali mengarang cerita.
"Demi mendapatkan materi, ia menjual rasa iba itu," katanya.
Pekan lalu, menurut Ujang, Dani dan Masitoh dipastikan ada di rumah ibunya.
Menurut Ujang, Dani dan Masitoh lantas bertengkar dengan sang ibu.
"Seminggu sebelumnya ada di sini dan bertengkar dengan keluarganya," katanya.
Adik Dani, Fitria Anisa menyatakan, memang sempat ada keributan di antara ibunya dan istri Dani.
Ia mengaku, tak rela karena ibunya sampai dibentak-bentak.
"Saya gak terima ibu saya digituin," katanya.
Adik Dani ini menyebut, kakaknya sering membuat masalah setiap kali datang ke rumah ibunya.
"Memang setiap kali ke sini kerap membuat masalah," kata Fitria.
ibu Dani, Lilis Suryani pun menyatakan hal yang sama. Sang ibu tampak sudah tak tahan atas putranya sendiri.
"Setiap ke sini ia kerap bawa masalah saja. Saya sudah capek mengurusnya harus bagaimana," ujarnya.
Saking tak tahannya, Lilis sampai berharap ada yang bisa memulangkan anaknya ke Medan.
Ia mengaku sudah capek karena anaknya selalu membuat masalah.
"Semoga pemerintah membantu memulangkan mereka, sebab bukannya saya tidak sayang, tapi sudah cape karena kerap membuat masalah," ujarnya.
Akibat anaknya viral jalan kaki dari Gombong ke Bandung, Lilis pun kini merasa malu berat.
"Malu banget sampai seperti itu, kalau bisa gak usah viral. Ibu enggak pernah nyuruh seperti itu," kata ibu Dani.
Dilansir dari Tribun Jabar, Masitoh istri Dani mengaku sekitar seminggu lalu, mereka nekat melakukan perjalanan.
Perjalanan itu Dani dan Masitoh mulai dari Cangkuang, Bandung.
"Kami dari sini (Cangkuang) ke Cimindi naik angkot. Dari Cimindi naik kereta api ke Purwakarta. Purwakarta-Bandung, ongkosnya cuman Rp 7 ribu. Lalu dari Purwakarta ke Cikarang. Mulai dari Cikarang, kami jalan (kaki)," kata Masitoh.
Masitoh mengatakan, dari Cikarang, mereka menuju Cikampek, Karawang, Subang, Indramayu.
"Di Indramayu kami dapat tumpangan dinaikkan ke bus. Ditanya tujuannya mau ke mana, kalau sebutin jauh-jauh kasihan orang itu, jadi saya sebut yang dekat saja ke Tegal, ongkos Rp 100 ribu," tuturnya.
Setelah di Tegal, menurut Masitoh, ia dan keluarganya jalan ke Gombong, Jawa Tengah.
Nah, dari Gombong, mereka balik lagi.
"Jadi muter, pergi dari utara, pulang lintas selatan," katanya.
Menurutnya, dia melakukan perjalanan seperti itu sudah satu tahun.
"Setahun sebenarnya kami sudah keliling Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat. Cuma tidak hanya sambil diam, tapi sambil cari kerja. Tapi itu memang yang namannya cari kerja susah," katanya.
Masitoh memaparkan, selama satu tahun keliling, dia mengibaratkan jalan-jalan gratis,
Kalau tak ada tumpangan, jalan kaki.
"Kalau tidur ada pom bensin, ya pom bensin, ada di masjid. Kan di Jawa (masjid) tak dikunci," tuturnya.
Hal tersebut dilakukan, kata Masitoh, saat anaknya yang kecil berusia empat bulan dan sekarang sudah berusia 1,6 tahun.
"Tinggal di (rumah) mertua enggak mungkin, rumahnya kecil, sempit. Untuk kontrakan harus jalan hidup harus jalan, daripada mencuri, kan gitu kan," ujar Masitoh.