"Temen saya mobilnya paling belakang, 'bisa minggir dikit mas soalnya kapal miring',
saya juga merasa di atas kapalnya miring, akhirnya udah agak redaan dikit,
udah jalan kita di ruang penumapng di sana lebih keras miringnya, kita langusng pakai life jacket," kata I Nyoman Suryawan.
Melansir Tribunnews.com, Kapal penyeberangan Ketapang-Gilimanuk tersebut sedianya hendak sandar ke Pelabuhan Gilimanuk, Bali.
Saat itu banyak penumpang panik karena tidak ada pemberitahuan atau peringatan bahwa kapal akan tenggelam.
Hal ini dialami Taufik, warga Kabupaten Jember yang hendak ke Denpasar, Bali.
"Saat itu orang-orang bingung karena tidak ada peringatan apapun. Seperti sirine atau apa tidak ada. Saya hanya melihat petugasnya lari-lari," kata Taufik.
Banyak penumpang panik karena kapal tiba-tiba terus miring ke kiri dan akhirnya terbalik.
"Saya mendengar orang berteriak pakai pelampung. Saya cari di lemari tapi tidak bisa dibuka oleh petugasnya.
Saya tendang saja lemarinya akhirnya bisa dibuka dan saya dapat pelampung," tutur Taufik.
"Saat itu saya hanya berpikir bagaimana caranya selamat," imbuhnya.
Kapal terus miring ke kiri hingga akhirnya Taufik memberanikan diri untuk keluar dari kapal.
Setelah kapal terbalik banyak penumpang yang terapung di laut dalam keadaan gelap.
Melansir Kompas.com, Dugaan sementara, kapal tenggelam setelah terseret arus atau ombak laut yang tinggi di perairan dekat Pelabuhan Gilimanuk.
Kepala Kantor Syahbandar Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tanjungwangi Banyuwangi Benyamin Ginting mendapat keterangan itu dari kepala kamar mesin (KKM) yang selamat.