TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Prof Nastiti Siswi Indrasti, Guru Besar IPB University dari Departemen Teknologi Industri Pertanian, menyebut perubahan iklim merupakan masalah serius yang patut diperhitungkan.
Pasalnya, perubahan iklim ini menyebabkan berbagai krisis sehingga perlu diantisipasi termasuk pemilihan komoditi yang ditanam.
Oleh karena itu, pembukaan lahan pertanian baru harus memperhatikan aspek lingkungan agar tidak dampak iklim tidak semakin parah.
"Melalui food estate ini, kita coba pengaturan ikim mikro, optimasi tata air, dan multikomoditas agar optimasi penggunana lahan produksi dapat terjadi dan kita bisa mencapai sustainable agriculture,” jelas Prof Nastiti dalam Seminar Nasional Episode 143 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian dan ISWI (Ikatan Sarjana Wanita Indonesia).
Prof Nastiti menyebut, hasil samping komoditi agroindustri berpotensi memiliki nilai tambah dan jual yang tinggi dibanding hanya dipanen.
Namun demikian, komoditas ini perlu diolah dengan input teknologi.
Contohnya adalah jagung dapat diolah lebih lanjut menjadi tepung.
Tidak hanya itu, tanaman industri seperti buah kelapa dapat dimanfaatkan semua bagian tubuhnya menjadi bernilai ekonomi tinggi.
Lebih lanjut, Prof Nastiti mengatakan, limbah agroindustri berupa limbah padat organik dengan karakteristik yang masih bermanfaat dapat dikembangkan agar memiliki nilai tambah ekonomi.
Pengolahan limbah pertanian menjadi nanomaterial berpotensi dikembangkan dan memiliki nilai tambah serta aplikasi lebih luas.
Selain itu, pengembangan sebagai bahan bakar alternatif juga dapat dikembangkan.
Namun tetap memerlukan perhitungan cermat akan beragam pembatas yang harus diantisipasi.
“Agroindustri itu diharapkan dapat memberikan nilai tambah sekaligus menawarkan lapangan kerja baru. Oleh karena itu, perlu diversifikasi produk tidak hanya main produk namun produk yang bisa dikembangkan dari limbah pertanian atau limbah padat dari agroindustri tersebut,” tambahnya.
Ia pun berharap, pengembangan food estate berbasis agroindustri berkelanjutan dapat mendukung kebijakan ketahanan pangan.
Melalui proses yang dapat memberikan nilai tambah pada komoditi pertanian dan bersifat ramah lingkungan.(*)