Sama Kejinya dengan Herry Wirawan, Guru Ngaji Ini Cabuli 9 Santriwati, Pengakuan Korban Mengejutkan

Penulis: khairunnisa
Editor: khairunnisa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi siswi diperkosa

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Belum selesai kasus Herry Wirawan, kini muncul lagi predator pelaku pencabulan santriwati.

Kali ini, aksi biadab guru ngaji di Tasikmalaya terhadap sembilan santriwati akhirnya terungkap.

Sembilan santriwati di sebuah pesantren di Kabupaten Tasikmalaya dicabuli oleh guru ngaji sekaligus guru pesantren.

Dilansir TribunnewsBogor.com dari Tribun Jabar, kasus itu kini sudah ditangani Polres Tasikmalaya.

Pemeriksaan saksi dan pembuktikan pun sedang berjalan.

"Sedang kami tangani. Laporannya pada hari Kamis tanggal 7 Desember kemarin," kata Kapolres Tasikmalaya, AKBP Rimsyahtono dikutip pada Sabtu (11/12/2021).

Mengetahui kejadian tersebut, Komisi Perlindungan Anak Indonesia Darah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya bergerak cepat.

Baca juga: Deretan Kelakuan Keji Herry Wirawan, Hamili Santriwati hingga Paksa Korbannya Jadi Kuli Bangunan

KPAID Kabupaten Tasikmalaya langsung mendampingi sembilan santriwati yang menjadi korban kekejian guru ngaji tersebut.

Hingga kini, baru dua korban yang berani melaporkan pencabulan yang dilakukan guru ngaji tersebut.

"Sudah dua orang yang berani melapor dan kami melakukan pendampingan," kata Ketua KPAID, Kabupaten Tasikmalaya, Ato Rinanto.

Lebih lanjut, Ato Rinanto mengungkapkan dari hasil penelusuran KPAID ada sembilan santriwati yang menjadi korban percabulan guru pesantrennya.

"Pesantrennya ada di wilayah selatan Kabupaten Tasikmalaya, dan belum bisa kami sebutkan," ujar Ato Rinanto.

"Kedua korban melapor dengan disertai sejumlah bukti yang bisa dijadikan pegangan penyidik," sambungnya.

Ilustrasi - korban rudapaksa (thenewsminute.com)

Terkait motif, sang guru ngaji nyatanya punya taktit dan tujuan yang sama dengan Herry Wirawan, guru ngaji yang telah memerkosa dan menghamili belasan santriwati di Bandung.

Korban pencabulan yang dilakukan guru ngaji di Tasikmalaya tersebut masih berusia belia antara 15 sampai 17 tahun.

"Sebetulnya kami sudah tiga pekan mendampingi para korban santriwati yang mengaku dicabuli oleh guru pesantrennya sendiri. Jumlahnya sudah 9 orang dan baru lapor ke polisi 2 korban. Para korban usia di bawah umur semua di kisaran umur 15 sampai 17 tahun. Ini oknum ya, oknum bisa di lembaga mana saja," jelas Ato Rinanto dikutip dari Kompas.com.

Baca juga: Mendadak Diminta Bantuan, Baim Wong Syok Lihat Kakek Suhud Kesakitan di RS, Ternyata Karena Idap Ini

Ato menuturkan, pihaknya pun sebelum mendampingi para korban melaporkan ke Kepolisian, telah mengumpulkan berbagai bukti dan keterangan korban seperti apa pelecehan seksual yang dialaminya oleh guru pesantrennya tersebut.

Sehingga, baru dua orang korban yang berani melaporkan resmi ke Unit Perlindungan Perempuan Anak (PPA) Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Tasikmalaya.

"Kami KPAID mendampingi para korban pencabulan ini sudah dua kali lapor resmi ke Unit PPA Reskrim Polres Tasikmalaya. Pertama, kita dampingi laporan korban pada hari Selasa (7/12/2021) dan kemarin Kamis (9/12/2021). Itu dari jumlah korban semua, baru dua korban yang berani lapor ke polisi," tambah Ato.

Herry Wirawan, guru pesantren yang perkosa santriwatinya hingga hamil (kolase Instagram)

Pengakuan Korban Mengejutkan

Dicabuli guru pesantren, beberapa santriwati mengurai pengakuan mengejutkan.

Dikutip TribunnewsBogor.com dari Kompas.com, Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya menceritakan kisah pilu yang diungkap para santriwati.

Rupanya, semua korban mengaku dicabuli oleh satu guru yang sama di pesantrennya saat berada di lokasi pendidikan.

Mulai dari tempat mengajar dan lingkungan pesantren saat lokasinya sepi.

Baca juga: Setubuhi Istri Tahanan hingga Hamil, Terkuak Siasat Oknum Polisi, Korban Pasrah Gara-gara Diancam

Dalam cerita tersebut, para santriwati juga mengungkap siasat licik sang guru ngaji.

Ternyata sang guru ngaji pernah melakukan pencabulan dengan modus membantu santriwatinya yang sedang sakit.

"Ada juga yang dilakukan saat korban sakit dan berpura-pura hendak membantu korban saat melakukannya," ujar Ato Rinanto.

Sampai saat ini, KPAID Kabupaten Tasikmalaya terus mendampingi para korban sampai kasusnya ini terungkap oleh pihak Kepolisian.

Adapun para korban sekarang sudah diamanakan dengan petugas khusus trauma healing supaya tak terganggu psikologisnya selama ini.

"Tentunya kita terus berkoordinasi dengan para orang tuanya. Kita amankan para korban di lokasi yang sangat safety. Kita tunggu hasil penyelidikan Kepolisian," pungkas Ato Rinanto.

Ilustrasi wanita diperkosa (tribunnews/ilustrasi)

Tanggapan Wagub Jabar

Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum, meminta aparat kepolisian tak segan-segan memproses hukum pelaku predator anak di kalangan pesantren Tasikmalaya dan Bandung.

Terutama laporan kasus sama di salah satu pesantren Kabupaten Tasikmalaya yang mirip dengan kejadian di pesantren Cibiru, Kota Bandung.

Baca juga: Puncak Hari Kesehatan Nasional ke-57 Tingkat Kota Bogor, Bima : Soal Kesehatan Bukan Hanya Covid-19

Uu meminta pihak kepolisian untuk mengusut tuntas dan dipublikasikan penanganan kasusnya supaya memberikan efek jera kepada para pelakunya selama ini.

Dirinya sebagai panglima santri Jawa Barat akan terus mengawal kasus pelecehan para santriwati yang sejatinya sedang mencari ilmu di pondok pesantren tersebut.

"Kami menghendaki pelaku dapat ditindak tegas oleh para aparat penegak hukum, agar dijerat hukuman yang berlaku. Kepada petugas kepolisian jangan ragu dan terus usut tuntas. Kami komunitas pondok pesantren akan ikut mengawal dan mendukung para penegak hukum. Saya berharap kejadian ini tidak terulang kembali. Saya merasa prihatin sebagai komunitas pondok pesantren kejadian semacam ini," jelas Uu kepada Kompas.com lewat telepon, Jumat (10/12/2021).

Wakil Gubernur Jawa Barat UU Ruhzanul Ullum (TribunnewsBogor.com/Lingga Arvian Nugroho)

Uu menambahkan, dengan kejadian asusila oleh oknum guru pesantren di Tasikmalaya dan Bandung ini tak serta merta dianggap oleh masyarakat semuanya sama.
Jangan pernah adanya kejadian menyamaratakan semua guru agama memiliki perilaku serupa.

Sehingga, tak boleh ada kekhawatiran bagi orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya pendidikan pesantren.

Para orang tua pun diminta untuk mengecek dulu asal usul lembaga pendidikan pesantren sebelum menyekolahkan anaknya di lembaga pesantren.

"Sekitar 12 ribu pondok pesantren yang ada di Jawa Barat belum ditambah mungkin majelis -majelis, termasuk juga madrasah diniyah kemudian juga yang lainnya itu harapan kami tidak disamaratakan. Lihat dulu asal usulnya dan yang terpercaya untuk keyakinan para orang tua sebelum memasukan anaknya ke pesantren," ujar Uu.

Berita Terkini