Kado mewah lainnya pun diberikan Bupati Langkat saat putrinya, Ayu Jelita berusia 19 tahun pada 2021.
Tak cuma kue ulang tahun yang lezat, Terbit Rencana Perangin Angin juga memberikan anaknya yang sedang berulang tahun ke-19 itu beberapa buket bunga yang terbuat dari uang.
Jumlah total uang dalam buket bunga itu diperkirakan bernilai puluhan juta rupiah.
Sungguh ironi, kemewahan tersebut berbanding terbalik dengan nasib para pekerja sawit Terbit Rencana Perangin Angin yang terpenjara dalam kerangkeng.
Para pekerja sawit itu malah menghuni kerangkeng manusia mirip jeruji penjara yang cuma berukuran 6x6 meter.
Baca juga: Suami Ditembak Begal Depan Mata, Tangis Sulastri Pecah Sambil Peluk Anak, Tolong Selamatkan Dia
Jeruji itu terbuat dari besi dengan dua gembok terpasang di bagian pintunya.
Hanya ada dua dipan kayu berukuran lebar dan tikar yang dijadikan sebagai tempat tidur.
Tak hanya itu, para penghuni sel itu pun diwajibkan untuk bekerja di kebun kelapa sawit milik sang Bupati Langkat.
Hal itu diungkapkan oleh Perhimpunan Indonesia untuk Buruh Migran Berdaulat ( Migrant Care).
"Kerangkeng penjara itu digunakan untuk menampung pekerja mereka setelah mereka bekerja. Dijadikan kerangkeng untuk para pekerja sawit di ladangnya," kata Ketua Migrant Care Anis Hidayah.
Selain menghuni kerangkeng manusia berukuran sempit, para penghuni diduga alami penyiksaan selama bekerja untuk Terbit Rencana Perangin-angin.
Anis mengatakan, para pekerja bahkan mengalami luka-luka lebam akibat penyiksaan yang dilakukan.
"Para pekerja yang dipekerjakan di kebun kelapa sawitnya, sering menerima penyiksaan, dipukuli sampai lebam-lebam dan sebagian mengalami luka-luka," jelas Anis.
Bukti adanya penyiksaan itu pun terlihat dari beberapa foto kondisi wajah para pekerja yang memar-memar, hingga babak belur.
Baca juga: Terakhir Lihat Sedang Jajan di Warung Sebelah, Ibu Syok Bayinya Usia 2 Tahun Mengapung di Kolam Ikan
Setiap harinya, kata Anis para pekerja dipekerjakan secara paksa oleh Terbit Renacana Perangin-angin.