"Menurut saya ini biasa saja, namun akhirnya menjadi masalah, saya mendengar negara ambil posisi di sini. Seakan-akan mempromosikan," kata dr Eva.
"Mantan Panglima TNI bu, bukan Panglima TNI. Jadi jangan langsung ke negara-negara gitu," imbuh Deddy Sitorus.
"Tadi saya dengar ada Kostrad," timpal dr Eva.
"Ya tapi itu kan bukan sebagai institusi resmi kan, itu untuk pelayanan sosial, jadi enggak bisa dikaitkan dengan negara. Bu, saya juga bisa melakukan pelayanan sosial," ucap Deddy.
"Bisa pak. Tapi atas nama bapak kan. Apa bapak menuliskan sebagai atas nama DPR?" tanya dr Eva.
"Masalahnya apa? yang jadi persoalan ibu apa. Ibu itu dari tadi, (bilang pengobatan Ida Dayak) 'biasa, ini tidak biasa'. Bukan itu yang mau didengar dari ibu," ujar Deddy.
Terus mendebat dr Eva, Deddy Sitorus balas menyindir dokter lulusan Universitas Indonesia itu.
Baca juga: Ida Dayak Sedih Ungkap Alasan Ingin Bertemu Jokowi, Orang Dalam Minta Bantuan Moeldoko dan Ngabalin
Deddy pun menyebut cara dr Eva yang mengaitkan pengobatan Ida Dayak dengan negara adalah cara kampungan.
"Saya bukannya tidak percaya pengobatan ibu Ida Dayak. Bukannya tidak setuju. Menurut saya bebas-bebas saja," kata dr Eva.
"Bu Eva, sebetulnya kalau Kostrad mengundang itu bukan berarti dia mewakili institusi TNI bahkan negara. Artinya jangan membesarkan acara ini seolah negara ikut campur, tidak masalah," pungkas pengamat.
"Kostrad itu lembaga di bawah siapa?" tanya dr Eva.
"Bu, kalau ada dokter malpraktek, apakah seluruh ikatan dokter mau disalahin?" tanya Deddy Sitorus.
"Bukan," jawab dr Eva.
"Anda mengeneralisasi, jangan sembarangan. Kita tahu yang undang satu unit di Cilodong. Anda sedang menarik persoalan jadi persoalan negara, itu mah kampungan kalau menurut saya," sentil Deddy.
Lebih lanjut, dr Eva mengaku khawatir jika tokoh publik yang mengundang Ida Dayak dapat mempengaruhi masyarakat luas terkait pengobatan alternatif.