Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com Wahyu Topami
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CIAWI - Menjadi seorang relawan harus siap selalu siap kapan saja jika dibutuhkan tak terkecuali saat perayaan Hari Raya Idul Fitri.
Disaat orang lain berkumpul bersama keluarga, relawan ini berada dijalan membantu masyarakat yang melaksanakan mudik atau berwisata saat libur lebaran.
Salah satu relawan yang berada di jalan raya Puncak Bogor ialah Debbi Puspito (40).
Debbi berasal dari Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI) Kabupaten Bogor, dirinya beserta kolega ikut berbaur dengan kepolisian maupun relawan lainnya.
Ikut terlibat berjibaku guna membuat segala sesuatu yang berkaitan dengan lalu lintas aman dan nyaman.
Bertugas sejak 14 April 2023 sampai dengan 30 April 2023, dirinya ikut andil dalam berjalannya arus mudik di Jalan Raya Puncak.
"Kalau kita sesuai surat tugas, dari tanggal 14 April 2023 sampai dengan 30 April 2023, jadi seminggu sebelum hari H sampai satu minggu setelah hari H," ujarnya pada TribunnewsBogor.com. Sabtu (29/4/2023).
Tugas yang dilakukannya hampir sama dengan relawan lalu lintas pada umumnya, yakni memberikan kenyamanan bagi pemudik maupun pengendara. Namun di Orari lebih dari itu.
Selain bersentuhan langsung dengan para pengguna jalan, ia juga memberitahukan informasi melalui jaringan frekuensi terkait apapun yang bersinggungan dengan jalan raya Puncak.
"Jadi Orari menyediakan dukungan komunikasi berbagi informasi di frekuensi radio kepada para pengguna jalan, baik yang mudik maupun berwisata," ungkapnya.
Informasi yang dibagi salah satunya perihal buka tutup jalan, yang biasa dilakukan oleh petugas di jalan raya Puncak.
"Kita membagi informasi terkait buka tutup jalur ataupun adanya kemacetan maupun adanya juga kecelakaan, agar pengendara yang akan melaju menuju puncak bisa tahu kondisi terkini," imbuhnya.
Untuk mendapatkan informasi tersebut, pihak Orari bekerjasama dengan beberapa instansi agar segala sesuatu yang dibutuhkan terkait lalu lintas bisa tersampaikan semuanya.
"Kita dengan dishub, satlantas, Basarnas, PMI, kita terkoneksi semua," tandasnya.
Selain memberikan informasi terkait bagaimana dirinya bekerja, Debbi juga menceritakan mengapa dirinya memilih menjadi relawan.
"Kalau kitakan ya lebih ke panggilan jiwa, hati nurani. Jadi kita lebih kesana, kalau ngitungnya uang ya gak akan selesai-selesai," ungkapnya.
Bukan suatu hal yang aneh baginya saat orang-orang kumpul bersama keluarga di momen lebaran, ia harus bertugas di jalan membantu warga.
"Kalau saya si menikmati saja, enjoy saja, jadi selepas ikut salat sunah kita balik lagi ke pos ikut ngatur ya paling sama keluarga kan sebentar doang, selebihnya banyakan di pos," ujarnya.
Baginya panas matahari, hujan ataupun hal lain yang berkaitan dengan cuaca sudah menjadi makanan sehari-hari.
"Jadi relawan kalau sukanya sedikit, dukanya banyak gitu aja," paparnya.
Meskipun cuaca sudah menjadi makanan sehari-hari, baginya hal itu selalu menjadi ratapan yang tidak bisa dihindarkan terkait duka menjadi seorang relawan.
"Dukanya si banyak ya dari mulai cuaca yang terik ya ketika kita harus duduk di pos tuh sesuatu yang tidak nyaman sekali," katanya.
Namun dibalik itu dirinya merasa senang dan turut bangga menjadi relawan meskipun terkadang ratapan selalu ada.
"Sukanya bisa membantu orang, kita bisa berinteraksi dengan banyak orang ketemu dengan teman-teman relawan juga. Tapi yang paling penting tadi ketika orang lain senang dengan bantuan kita, kita pun ikut senang," kata dia.
Menjadi relawan Debbi tidak berharap banyak, ia hanya menginginkan masyarakat khususnya pengendara dapat menikmati segala sesuatunya dengan selamat dan bahagia.
"Harapannya cuma berharap masyarakat aman, nyaman ketika mereka melakukan kegiatan aktivitas liburan, kita lakukan sepenuhnya buat masyarakat semua," tutupnya.