Hal itu dikarenakan kondisinya yang harus merawat sang ibu yang lumpuh.
Pihak sekolah pun sempat memberikan kelonggaran pada Wahid agar masuk sekolah sif siang.
Bahkan gurunya juga kerap mengirimkan modul belajar pendukung ke rumah agar Wahid tidak tertinggal pelajaran.
Guru juga bahkan sudah berusaha meredam minder siswanya itu di sekolah.
"Memakai sandal dua hari. Kami tidak tegel (tidak tega). Jangan sampai anak minder di sekolah. Kami berikan sepatu biar dia memilih sendiri. Kami ingin dia semangat sekolah," Ernis Meitanti, guru wali kelas Wahid saat kelas dua di SDN Sambiroto.
Sekolah, kata Ernis, kerap menjemput tugas sekolah seminggu sekali.
"Dia tidak pernah berhenti sekolah. Dia siswa kami. Sampai kapan pun dia siswa kami," tuturnya.(*)