TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Menggetok harga tinggi, warung di Puncak Bogor akali wisatawan dengan berbuat curang.
Kecurangan yang dilakukan oleh pemilik warung itu yakni dengan cara tidak memasang daftar harga.
Hal itu membuat wisatawan tidak mengetahui harga makanan dan minuman yang dijual di warung tersebut.
Tak hanya itu, penjaga warung juga dengan leluasa menaikkan harga dengan alasan durasi nongkrong yang lama.
Padahal sejak Juni 2021, paguyuban pedagang warung di Puncak Bogor sudah membuat kesepakatan bersama.
Hal itu dilakukan agar tidak ada protes dari wisatawan karena merasa dirugikan.
Kesepakatan itu di antaranya membuat daftar harga makanan dan minuman yang wajar.
Kemudian, pemilik warung juga wajib mencantumkan daftar harga di warung yang mudah dibaca oleh wisatawan.
"Sudah ada kesepakatan," kata Ketua Paguyuban Pedagang Puncak, Mumuh.
Namun rupanya hal itu tidak dilakukan oleh pemilik warung Puncak Bogor yang viral beberapa hari ini.
Warung Puncak Bogor itu viral karena menggetok harga teh manis panas jadi Rp 45 ribu untuk tiga gelas, atau Rp 15 ribu per gelasnya.
Padahal berdasarkan kesepakatan, harga teh manis hanya Rp 8.000 per gelasnya.
Dalam kesepakatan bersama para pedagang makanan dan minuman Puncak Cisarua, Kabupaten Bogor, ada 5 poin yang dibuat.
Dua di antaranya yakni soal harga makanan di warung.
Berikut dua point tersebut :
- Menyetujui harga jual makanan-minuman atau daftar menu yang ada pada warung/kedai kami dengan menetapkan adanya kisaran harga sebagaimana terdapat pada lampiran kesepakatan ini
- Daftar harga makanan-minuman yang dijual di warung atau kedai wajib tercantum, mudah dilihat dan dibaca oleh calon pembeli baik pada standing banner atau menempel pada dinding warung/kedai
Sementara itu pada postingan TikTok mamakkembarkw, pemilik warung tidak mencantumkan harga makanan dan minuman yang ada di sana.
"Salahnya kita ga nanya harga dulu, dan menu yang di meja tidak terpampang harga," tulis pemilik akun.
Berdasarkan foto-foto yang diunggah, memang terlihat tidak ada daftar harga tertempel di dinding warung tersebut.
Pun di bagian depan warung hanya terdapat daftar menu tanpa menuliskan harganya.
"Pas lihat bill pada bengong!!
Lebih mahal ngopi sachetan daripada makan sate maranggi+nasi+ketan di sari asih 10 orang," tulisnya lagi.
Meski mematok harga tinggi dan tidak menuliskan daftar harga, aksi pemilik warung Puncak Bogor itu dianggap wajar.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Paguyuban Pedagang Puncak, Mumuh.
"Udah biasa," kata Mumuh kepada TribunnewsBogor.com, Selasa (14/11/2023).
Bahkan ia mengatakan bahwa sebelumnya ada pemilik warung yang menggetok harga kopi hingga Rp 100 ribu.
"Jajan kopi cuma dua ya wajar saya masukin Rp 100 ribu," ungkapnya.
Hal itu kata dia, dikarenakan wisatawan tersebut datang dari pukul 21.00 WIB hingga pukul 06.00 WIB.
Lantas untuk apa ada kesepakatan jika akhirnya pemilik warung mematok harga seenaknya kepada wisatawan?