TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Soal warung makan di Puncak Bogor yang kerap bikin wisatawan menjerit karena dipatok harga di luar nalar rupanya dianggap hal lumrah.
Fenomena adanya getok harga itu pun diakui Himpunan Pedagang Puncak (HPP).
Wakil Ketua HPP Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Ade Abdul Somad mengatakan oknum pedagang bandel yang baru saja bikin gaduh itu memang keras kepala.
Menurutnya pedagang tersebut bukan kali ini saja patok harga tak masuk akal itu dan pedagang tersebut pun tidak ada kesepakan dengan HPP.
"Kalau masalah main harga sudah lama, semenjak dia di sini harganya sudah seperti itu. Tidak ada kesepakatan kalau dengan saya (HPP)," ujarnya pada TribunnewsBogor.com, Jumat (17/11/2023).
Ade Abdul Somad juga mengatakan, HPP sudah pernah memberikan daftar harga yang sudah disepakati dengan pemerintah Kecamatan Cisarua.
Hanya saja warung makan viral tidak mematuhi cara kekeluargaan yang disampaikan.
"Masalah waktu nongkrong mah bisa aja alibi, tamu itu paling lama nongkrong dua jam udah ada aturannya dari himpunan juga, kalau lebih dari dua jam kita bilang baik-baik," kata Ade.
Baca juga: Jangan Buka Dulu, Malu Perintah Bos Warung Puncak Bogor Usai Karyawannya Peras Wisatawan
Lebih lanjut, Ade Abdul Somad menyayangkan cari kesempatan yang dilakukan warung makan viral tersebut.
"Kalau lebih lama lagi sampai pagi seumpamanya mungkin itu agak berbeda, ada uang tip buat karyawan, tapi bilang secara baik-baik. Karena kan itu (karyawan) udah abis waktu, habis menunggu nah itu uang tip buat karyawan gitu, kalau harga si tetap," paparnya.
Pokdarwis bereaksi
Tak hanya HPP, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Tugu Selatan juga menyoroti aksi memalukan dari oknum pedagan warung makan viral tersebut.
Ketua Pokdarwis, Ai Iman Sukmana saat ini dilematis.
Sebab kata Ai Iman Sukmana, pihaknya tak mempunyai kewenangan soal harga jajanan yang di jual oleh warung di kawasan Puncak Bogor.
"Soal harga sebenarnya kita tidak terlalu ikut campur, kita lebih kepada pembinaan aja ke mereka," ujarnya saat ditemui TribunnewsBogor.com, Jumat (17/11/2023).
Menurutnya, soal kejadian warung makan viral yang getok harga bukan berada di wilayahnya, namun berlokasi diwiayah Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.
"Untuk pembinaan yang lainnya kita juga sering sharing, duduk bareng dengan mereka bagaimana cara mengantisipasi tentang kejadian yang sudah berulang kali gitu dan bersyukur di Tugu Selatan belum pernah (kejadian getok harga)," lanjutnya.
Baca juga: Menguak Sejarah Warung Pertama di Puncak Bogor, Karyawan Kebun Teh Sudah Buka Lapak Sejak Tahun 1980
Ai menyebut, jika fenomena getok harga ini diduga karena minimnya perhatian dari pemerintah untuk melakukan pengawasan .
"Mungkin bisa jadi juga tidak ada pembinaan langsung dari pemerintah yang lebih mumpuni di bidangnya, kesannya didiamkan pedagang itu tapi ini harus ada terobosan dari pemerintah bagaimana caranya pemerintah bisa terus memberikan pembinaan ke pedagang tentang harga dan lain-lain," kata Ai.
Ia juga mengatakan yang berhak menangani persoalan pedagang di puncak ialah Himpunan Pedagang Puncak (HPP).
"Selebihnya kita hanya mendampingi dan itu keputusan HPP desa masing-masing," terangnya.
Sementara itu Ketua Pokdarwis Desa Tugu Utara, Reynold Hamzah saat diminta tanggapannya soal warung getok harga diwilayahnuya memilih bungkam.
"Saya no comment," katanya singkat
Baca juga: Getok Harga ke Wisatawan di Puncak Bogor Dianggap Hal Biasa, Satpol PP Harus Bertindak
Camat Cisarua cari solusi
Selain itu, Camat Cisarua Kabupaten Bogor, Heri Risnandar bergerak cepat untuk menyelesaikan permasalahan yang merugikan banyak pihak.
Heri Risnandar akan kembali melakukan musyawarah dengan HPP dan pedagang tersebut untuk mengetahui benang merahnya seperti apa dan evaluasi apa yang harus dilakukan.
"Nanti dengan rekan-rekan harus disepakati, kode etiknya harus ada dan harus dipatuhi juga oleh pedagang dan pembeli juga harus tau diri ya. Kita akan lakukan diskusi dulu dengan rekan-rekan (HPP)," tutupnya.