TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Pegi Setiawan, terduga pembunuh Vina di Cirebon, mengaku rela menjadi tumbal pejabat atas penangkapannya.
Kepada sang ibunda, Kartini, Pegi merasa telah menjadi korban dari kepentingan pihak-pihak tertentu.
Padahal, Pegi mengaku tak mengenal Vina dan Eky sehingga tak pernah terlibat dalam kasus pembunuhan.
Usai bertemu sang anak di Polda Jabar, Kartini menceritakan pertemuannya dengan Pegi sambil menahan tangis.
Kepadanya, ujar Kartini, Pegi mengaku takut bahwa pertemuan kali itu adalah pertemuan terakhir mereka.
"Pegi minta maaf kalau pertemuan ini yang terakhir. Pegi minta maaf ke Mamah dan Bapak," ujar Kartini menirukan ucapan Pegi.
Ia juga rela menjadi tumbal pejabat agar jika kematiannya tiba, menjadi mati syahid.
"Biarin Pegi jadi tumbal orang-orang penting, pejabat. Pegi kan tidak melakukan apa-apa. Seandainya jika Pegi mati pun, Pegi mati syahid," kata Pegi kepada Kartini.
Mendengar itu, ujar Kartini, ia hanya bisa menangis dan berpesan agar anaknya tabah dan tak menyerah.
"Jika memang kamu tidak melakukan perbuatan itu, walaupun dipaksa untuk mengaku, jangan sampai mengatakan iya. Meskipun wajahmu sampai bonyok atau bahkan sampai mati," ujar Kartini mengulang ucapannya kepada Pegi saat itu.
Kartini mengatakan saat peristiwa tragis pembunuhan Eki dan Vina terjadi pada tahun 2016, Pegi tidak berada di Cirebon.
"Pada 27 Agustus 2016, Pegi sudah bekerja di Bandung menjadi kuli bangunan. Saat kejadian itu terjadi, Pegi tidak ada di Cirebon," ujarnya.
Menurut Kartini, Pegi mulai bekerja di Bandung tiga bulan sebelum kasus pembunuhan tersebut terjadi. Pegi baru kembali ke Cirebon empat bulan kemudian, tepatnya pada bulan Desember 2016.
"Pegi juga tidak memiliki panggilan Perong seperti yang dituduhkan atau DPO polisi," ujar Kartini saat kembali diwawancarai media, Jumat (24/5/2024).
Namun demikian, Kartini mengakui, anak pertamanya itu memang memiliki panggilan lain.
Baca juga: Asal Mula Pegi Kasus Vina Cirebon Dipanggil dengan Nama Robi, Ayah Sebut Sudah Sedari Kecil