TRIBUNNEWSBOGOR.COM – Kamu suka olahraga? Hati-hati bisa terjadi cedera hingga berakibat fatal.
Ya, olahraga memang membuat tubuh menjadi bugar dan lebih sehat.
Namun, jika kamu tidak mempersiapkannya dengan baik, olahraga justru bisa membuat cedera loh.
Misalnya terkilir/keseleo, strain, patah tulang, sendi bergeser, cedera bahu, cedera siku, cedera pinggang, cedera paha, cedera lutut, cedera pergelangan kaki, hingga cedera betis.
Masing-masing cedera ini penanganannya tentu berbeda-beda, lantas apa yang harus dilakukan jika mengalaminya?
Dokter Spesialis Ortopedi & Traumatologi Mayapada Hospital Bogor, dr. Made Wirabhawa, M. Biomed, SpOT, AIFO-K menjelaskan bagaimana cara menangani apabila terjadi cedera.
Penanganan awal pada cedera olahraga
Saat kamu mengalami cedera saat olahraga, bisa melakukan penanganan awal lebih dulu sebelum dilakukan pemeriksaan lanjutan di rumah sakit.
“Penanganan awal pada cedera olahraga menggunakan metode RICE, ini efektif digunakan pada cedera olahraga ringan,” jelas dr. Made Wirabhawa.
Metode RICE bisa kamu lakukan sendiri atau bantuan orang terdekat.
Apa itu RICE?
Rest.
Hentikan olahraga dan aktivitas fisik sehingga tidak membebani anggota tubuh yang cedera.
Ice.
Oleskan es pada area yang cedera selama 15-20 menit setiap 2 hingga 3 jam. Sebaiknya gunakan alas handuk tipis agar es tidak bersentuhan langsung dengan kulit karena dapat menyebabkan radang dingin.
Compress.
Kompres menggunakan verban elastis dapat membantu mengurangi pembengkakan. Longgarkan verban bila area yang cedera mengalami mati rasa, kesemutan, tampak pucat dan kebiruan,atau rasa nyeri meningkat.
Elevate.
Posisikan area yang cedera lebih tinggi dari posisi jantung.
Untuk hasil terbaik, dr. Made Wirabhawa menyarankan, metode RICE sebaiknya dimulai segera setelah terjadi cedera dan dilakukan selama 24 hingga 36 jam pertama.
Kapan harus periksa ke dokter
Segera konsultasikan kepada dokter atau tenaga medis professional apabila didapatkan tanda-tanda berikut :
- Bengkak dan nyeri bertambah parah.
- Terlihat adanya benjolan atau perubahan bentuk.
- Terdengar bunyi saat sendi digerakkan.
- Kelemahan dan ketidakmampuan melakukan aktivitas dan menopang badan.
- Kehilangan keseimbangan.
- Kesulitan bernafas.
- Demam.
“Cedera olahraga yang berat dapat memerlukan penanganan lanjut mulai dari terapi fisik hingga operasi,” jelas dr. Made Wirabhawa.
Untuk pemeriksaan dan penegakan diagnosis cedera olahraga, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan, antara lain foto rontgen, USG musculoskeletal, CT Scan, dan MRI.
Penanganan Lanjutan
Penanganan pada cedera olahraga dapat dilakukan dengan pendekatan non operatif dan operatif.
Pendekatan non operatif meliputi :
Pemberian obat-obatan.
Dokter akan memberikan obat anti inflamasi non steroid seperti aspirin dan ibuprofen untuk mengurangi rasa nyeri dan meredakan pembengkakan.
Imobilisasi.
Imobilisasi adalah upaya mengurangi pergerakan anggota tubuh untuk mencegah kerusakan yang semakin parah. Imobilisasi dapat dilakukan menggunakan bidai, splint, dan gips.
Terapi dan rehabilitasi.
Terapi dapat berupa pijat, penggunaan arus listrik, gelombang suara, maupun latihan gerak untuk mengembalikan fungsi sampai siap berolahraga dan beraktivitas kembali.
Pendekatan operatif meliputi :
- Operasi terbuka
Tindakan operasi terbuka dapat menjadi pilihan untuk memperbaiki cedera olahraga seperti patah tulang maupun robekan ligament dan otot.
- Tindakan arthroscopy
Tindakan arthroscopy adalah tindakan operasi sendi dengan teknik minimal invasive untuk diagnosis sekaligus penanganan masalah di dalam sendi. Keunggulan teknik ini adalah sayatan minimal sehingga nyeri dan risiko infeksi lebih kecil serta pemulihan lebih cepat. Tindakan arthroscopy dapat dilakukan untuk bahu, pinggul, lutut, siku, tangan, dan kaki.
Pencegahan cedera olahraga
Agar cedera olahraga tidak terjadi, kamu bisa melakukan pencegahan.
Menurut dr. Made Wirabhawa, cara terbaik untuk mencegah cedera olahraga adalah melakukan persiapan dengan pemanasan dan peregangan secara benar dan cukup.
Otot yang dingin cenderung lebih kaku dan mudah cedera, sementara otot yang hangat lebih fleksibel sehingga dapat beradaptasi terhadap gerakan-gerakan dan mengurangi kemungkinan cedera,” ucapnya.
Cara lain untuk menghindari cedera olahraga adalah :
- Gunakan teknik olahraga yang tepat.
Pelajari teknik dan gerakan yang tepat selama berolahraga atau beraktivitas. Jenis olahraga yang berbeda membutuhkan gerakan dan postur yang berbeda serta persiapan yang berbeda juga.
- Gunakan perlengkapan dan pelindung olahraga yang sesuai.
Kenakan sepatu dan perlengkapan yang sesuai dengan jenis olahraga. Ukuran dan jenis sepatu yang tidak pas dapat meningkatkan risiko cedera.
- Jangan berlebihan.
Sesuaikan intensitas olahraga dengan kemampuan diri sendiri. Jika cedera, jangan mencoba untuk menahan rasa sakit dan melanjutkan aktivitas karena dapat memperburuk kondisi.
- Pendinginan.
Tetap lakukan pendinginan untuk memberikan kesempatan kepada otot untuk rileks dan mengurangi kelelahan otot.
- Lanjutkan aktivitas secara perlahan.
Jangan terlena untuk beristirahat dan merawat cedera terlalu lama. Istirahat yang terlalu lama dapat menunda pemulihan fungsi tubuh. Lakukan aktivitas olahraga kembali namun dengan intensitas yang diatur secara bertahap.