"Kan bisa digital murah tinggal difoto," kata Dedi.
"Sudah tanggung mungkin untuk tahun ini," jawab Asep.
Dedi Mulyadi mengatakan ia pun melakukan hal sama untuk menyimpan foto-foto anaknya.
"Saya menyimpan seluruh kenangan Nyi Hyang justru di akun saya, google drive, tidak di album karena suka hilang," katanya.
"Lusuh pak kalau sudah lama," jawab Asep.
"Itu mahal yah ?" tanya Demul.
Asep Mulyana sudah merinci harga satu buku tahunan yang mesti dibayar per siswa kisaran Rp 150 ribu sampai Rp 450 ribu.
Baca juga: Dedi Mulyadi Minta Pemkot Bogor Atasi Kemacetan, Dedie Rachim: Konversi Angkot Digeber
"Karena tebal, ada foto per kelas ada, satu angkatan ada, ada guru, kepala sekolah diminta sambutan, difoto bersama. Jadi itunya (buku tahunan) sudah bagus, tinggal digitalisasi saja," kata Asep.
"Ya ripuh (susah) atuh mahal, pantasan saja," katanya.
Asep Mulyana menegaskan sekolah, guru hingga komite sama sekali tidak mengelola buku tahunan.
Menurutnya semua urusan menyangkut buku angkatan dikelola sendiri oleh siswa.
"Yang ngeloloa mereka, guru gak ikutan, kepsek gak ikutan, komite pun gak ikutan," kata Asep.
Ia mengatakan jika buku tahunan diganti menjadi Google Drive biayanya akan lebih murah.
"Rp 25 ribu cukup uang jajan mereka kalau digital," kata Asep Mulyana.
Ikuti saluran Tribunnews Bogor di WhatsApp :
https://whatsapp.com/channel/0029VaGzALAEAKWCW0r6w