Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Muamarrudin Irfani
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR BARAT - Kasus keracunan massal pelajar yang diduga akibat makanan bergizi gratis di Kota Bogor menjadi sorotan.
Pasalnya, terdapat ratusan korban dan Badan Gizi Nasional (BGN) menyebut kejadian ini berbeda dengan di tempat lain karena reaksinya yang lebih lambat.
Sebagian pasien pun masih menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit hingga saat ini pasca mengkonsumsi makanan pasa 7 Mei 2025.
Kejadian yang sudah terjadi di sejumlah daerah di Indonesia ini pun menjadi perhatian dan perlu evaluasi agar ke depannya menjadi lebih baik serta lancar.
Kepala BGN, Dadan Hindayana mengatakan, pihaknya sedang merumuskan asuransi bagi penerima manfaat program gagasan Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto tersebut.
"Kami ini sedang mendiskusikan pola jaminan penerima manfaat. Karena di Indonesia belum ada," ujarnya usai menjenguk korban di RSUD Kota Bogor, Sabtu (10/5/2025).
Untuk merealisasikannya, BGN sedang mendiskusikannya dengan otoritas jasa keungan (OJK) terutama dengan komisioner yang menghendel asuransi untuk menentukan skema yang tepat.
Selain itu, pihaknya juga akan akan melibatkan asosiasi asuransi jiwa dan juga asosiasi asuransi umum termasuk konsorsium terkait dengan jaminan bagi penerima manfaat.
"Karena ini terus terang produk asuransi belum ada. Karena ini programnya baru dan saya tadi sudah dapet arahan siapa saja yang mungkin konsorsium-konsorsium yang akan telibat dalam jaminan kesehatan bagi penerima manfaat," katanya.