TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Kota Bogor menyimpan banyak kekayaan sejarah, salah satu ikon sejarah dan pendidikan yang penting namun belum banyak dikenal masyarakat luas adalah Museum Tanah dan Pertanian.
Berlokasi strategis di pusat Kota Bogor, tempat wisata ini menyimpan warisan penting mengenai perkembangan ilmu tanah dan dunia pertanian Indonesia dari masa ke masa.
Museum Tanah dan Pertanian didirikan oleh Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaiman, M.P sebagai Menteri Pertanian dari tahun 2014 hingga 2019 untuk mendokumentasikan, memelihara, dan memamerkan berbagai aspek yang berkaitan dengan pertanian di Indonesia.
Awalnya, museum ini dibuka pertama kali dan diresmikan pada 5 Desember 2017 sebagai Museum Tanah karena bertepatan dengan hari tanah sedunia.
Seiring waktu dan kebutuhan, museum ini berkembang menjadi Museum Tanah dan Pertanian yang diresmikan ulang pada 3 Maret 2020 oleh Menteri Pertanian Dr. H. Syahrul Yasin Limpo. SH., M.Si., MH.
Pamong Budaya Ahli Pertama Museum Tanah dan Pertanian, Asep Mulyana mengatakan, tujuan dari pendirian Museum Tanah dan Pertanian ini salah satunya mengenalkan terkait tanah dan pertanian khususnya sejarah pertanian di Indonesia.
Selain itu juga menarik generasi milenial untuk bergerak di bidang pertanian seperti menjadi petani milenial atau usaha lain dibidang pertanian.
“Museum ini berdiri diatas lahan seluas kurang lebih 4.300 meter⊃2; dan memiliki empat gedung, namun hanya tiga gedung saja yang beroperasi sebagai museum yaitu seperti gedung A yang memiliki sejarah lama karena sudah berdiri pada tahun 1905”. Ucap Asep kepada TribunnewsBogor.com baru-baru ini.
“Gedung ini pertama kali dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda, berlanjut masa penjajahan Jepang, kemudian pasca kemerdekaan Republik Indonesia hingga kini” sambungnya.
Museum Tanah dan Pertanian menyuguhkan lima jenis koleksi, mulai dari geologi seperti bebatuan, koleksi sejarah Indonesia, koleksi antropologi, koleksi teknologi, dan koleksi teknologi yang berkaitan dengan pertanian.
Gedung A dipakai sebagai galeri tanah dan iklim pertanian, gedung ini menjadi cagar budaya yang memiliki sejarah tinggi tentang perkembangan tanah dan iklim pertanian Indonesia.
Selain itu, gedung A juga menjadi tempat bersejarah dalam penelitian tanah dan pertanian di Indonesia.
Pada Gedung C dan D memiliki tiga lantai, untuk lantai pertama merupakan galeri Galeri Pangan dan Peradaban yang berisi berbagai macam informasi tentang sejarah pertanian dan sumber pangan.
Di Galeri ini pengunjung dapat melihat berbagai jenis alat-alat pertanian tradisional mulai dari proses pengolahan lahan hingga proses panen, ada juga alat menyimpan hasil panen dan diorama petani membajak sawah.
Selain itu, terdapat pula aneka macam tanaman sumber pangan nasional, seperti aneka macam tanaman serealia, kacang-kacangan dan umbi-umbian.