Pemimpin juga bisa seperti itu, yaitu meninggal buktinya nyata yang bisa ditengok di masa mendatang (sampeureun jaga).
"Pak wali tak usah khawatir sebab leluhur sudah mengajarkan, kalau jadi pemimpin jangan nulis di dalam air, karena gak ada jejaknya, tapi nulis di batu," kata Dedi.
"Kalau nulis di batu, biar angin kencang, biar orang menghina, biar kalau ada hater yang tak henti-henti, biar diomongin orang, sebab kita nulis di batu, yang tak suka bakal terus tak suka, yang suka bakal terus suka, sebab kita membangun untuk sampeureun jaga (untuk kelak dinikmati anak cucu)," ujarnya.
4. Bangun Tugu Kujang Setinggi Monas
Dedi mengajak kepada Wali Kota Bogor untuk bersama-sama membangun sebuah kampung yang bernama Kampung Pakuan Pajajaran.
Selain itu ditambah pula dibangun tugu Kujang setinggi Monas.
"Gak apa-apa Pemprov yang membiayai, ini kampung disebutnya Kampung Pakuan Pajajaran, yang menjadi pusar sejarah peradaban Sunda," kata Dedi.
"Mudah-mudahan ke depannya bisa ada juga Tugu Kujang yang tingginya minimal sama dengan Monas," sambung KDM.
5. Jawa Barat Pengaruhi Indonesia
Menurut Dedi, pembangunan tugu Kujang dinilai penting karena Jakarta tempat berdiri Monas hanya memiliki penduduk di bawah 10 juta.
Sedangkan Jawa Barat penduduknya hampir 54 juta jiwa.
"Apa yang ada di Jawa Barat pasti mempengaruhi Indonesia, orang Jawa Barat sehat, orang Indonesia sehat," kata Dedi Mulyadi.
6. Jangan Hina Bogor
Dedi berpesan karena Bogor adalah tanah pusaka Pajajaran, agar tidak banyak dirubah apalagi dirusak.
"Peradaban sudah memperlihatkan, siapa yang mencintai Bogor, hidupnya akan nanjung (berkedudukan tinggi), siapa yang menghina Bogor hidupnya bakal sulit selamanya," kata Dedi.