Hingga Kedalaman 200 Meter Tak Ada Air, Lapisan Tanah di Desa Sukagalih Jonggol Dilanda Kekeringan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KEKERINGAN DI KABUPATEN BOGOR - Lahan pertanian di wilayah Desa Sukagalih, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor alami kekeringan, Senin (4/8/2025)

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Muamarrudin Irfani

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, JONGGOL - Wilayah Desa Sukagalih, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor menjadi langganan kekeringan ketika musim kemarau.

Kepala Desa Sukagalih, Aja Waridin mengungkapkan, kekeringan yang dialami oleh warga wilayahnya selalu terjadi setiap tahunnya.

Berbagai upaya pun elah dilakukan untuk menemukan solusi dalam persoalan ini, salah membuat sumur bor.

Namun hal itu belum juga membuahkan hasil sehingga sampai saat ini wilayah tersebut masih mengalami kekeringan khususnya di Dusun 3, Kampung Cimendo.

"Sampai kunjungan para ahli diturunkan untuk cari titik lokasi pengeboran, terbukti tidak ada sumber mata air," ujarnya kepada TribunnewsBogor.com, Selasa (5/8/2025).

Bahkan, kata dia, pengeboran dilakukan hingga kedalaman ratusan pun sumber mata air tak juga ditemukan di wilayahnya.

Sebab menurutnya, lapisan bawah tanah di wilayah tersebut memiliki perbedaraan dengan wilayah lain sehingga sulit untuk menemukan air.

"Sampai 200 meter juga engga ada air, takutnya kalo ngebor lebih dalem gas keluar, kita itu di dalam itu bukan air ternyata, tapi cadas hitam, jadi susah engga ada air," ungkapnya.

Sementara itu, warga selama ini memanfaatkan air hujan untuk kebutuhan bertani maupun mencukupi kebutuhan sehati-hari.

Di saat musim kemarau seperti yang terjadi sekarang, warga memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan mandi, cuci, dan kakus (MCK).

Sedangkan untuk kebutuhan konsumsi, warga harus membeli air mineral isi ulang dengan harga per galonnya Rp6 ribu.

"Air dari Sungai Cihoe, alhamdulillah airnya belum tercemar di situ, paling bisa untuk nyuci, tapi kalau buat minum mah engga bisa, paling beli air mineral," terangnya.

Berita Terkini