Beda Nasib dengan Prada Lucky, Eks Kabais Ungkap Pengalaman Dipelonco Dulu: Tapi Ini Kelewat Batas

Penulis: Naufal Fauzy
Editor: Naufal Fauzy
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KEMATIAN PRADA LUCKY - Foto Mantan Kabais Soleman dan Prada Lucky Namo. Menyoroti tewasnya Prada Lucky Chepril Saputra Namo, Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (Kabais), Laksamana Muda (Purn) Soleman B Ponto mengatakan bahwa perpeloncoan di TNI sudah seperti budaya dari dulu.

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Menyoroti tewasnya Prada Lucky Chepril Saputra Namo, Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis, Laksamana Muda (Purn) Soleman B Ponto mengatakan bahwa perpeloncoan di TNI sudah seperti budaya dari dulu.

Biasa dialami oleh seseorang yang baru dilantik menjadi prajurit TNI.

Seperti halnya Prada Lucky yang baru dua bulan dilantik menjadi tentara.

"Memang ada kalanya itu adalah sebuah suatu budaya di kita ya militer, ada yang baru masuk, istilah dulu itu perpeloncoan, dipelonco lah seperti itu," kata Soleman dikutip dari Youtube Metro TV, (10/8/2025).

Namun apa yang dialami oleh Prada Lucky, kata dia, sudah melewati batas.

"Tapi ini sepertinya sudah terlewat, sudah melewati batas. Jadi hal begitu itu ada batas-batasnya yang harus dijaga betul," kata mantan prajurit lulusan Akademi Angkatan Laut tahun 1978 ini.

Soleman pun tak menampik bahwa dia pun dulu saat menjadi prajurit baru, dia juga mengalami perpeloncoan.

Namun tetap ada batas yang tak boleh dilewati.

"Saya juga merasakan bagaimana pentaatan seperti itu, boleh dibilang ada perpeloncoan, tetapi itu dalam batas," kata pensiunan perwira tinggi setara jenderal bintang dua ini.

Batas ini, kata dia, akan terjadi jika atasan mengawasi anak buahnya dengan baik.

Sehingga dia pun mempertanyakan kinerja atasan dari Prada Lucky, mulai dari yang terdekat seperti Komandan Peleton (Danton).

"Batas itu ada apabila diawasi oleh atasan dengan baik," ujar Soleman.

Pria kelahiran Kepulauan Sangihe ini pun menyayangkan adanya peristiwa yang menewaskan Prada Lucky.

Apalagi kejadian ini bukan kali pertama terjadi di lingkungan TNI.

"Sangat disayangkan, bayangkan sudah susah-susah dilatih, sudah susah-susah dipilih, lalu mati sia-sia hanya karena sekedar memperlihatkan bagaimana budaya yang ada di dalam," katanya.

Halaman
12

Berita Terkini